Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
(Ditulis oleh: dr. Yogie Nahara Saputra / dr. Inge Cahya Ramadhani, SpP)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas bagian atas yang bersifat progresif, dan juga nonreversible atau reversibel parsial.
Secara global, diperkirakan sekitar 3 juta kematian disebabkan oleh PPOK pada tahun 2015 yaitu 5% dari semua kematian global di tahun tersebut. Lebih dari 90% kematian PPOK terjadi di negara berkembang. Penyebab utama PPOK adalah paparan asap tembakau (baik merokok aktif maupun perokok pasif). Faktor risiko lain termasuk paparan polusi udara dalam ruangan dan luar ruangan, debu dan asap kerja.
Prevalensi PPOK diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan peningkatan usia harapan hidup penduduk di dunia. Menurut prediksi WHO, PPOK yang saat ini merupakan penyebab kematian ke-4 di seluruh dunia, diperkirakan pada tahun 2030 akan meningkat menjadi penyebab kematian ke-3.
Bagaimana bisa terjadi PPOK? Pada PPOK, terjadi penebalan di dinding saluran pernafasan sehingga terjadi penyempitan saluran nafas dan aliran udara pun menjadi berkurang. Penebalan dinding tersebut terjadi akibat dari peradangan lama (kronik) yang terjadi secara berulang.
Gambar 1. Patogenesis PPOK
Tanda dan gejala PPOK dapat berupa batuk-batuk di pagi hari yang makin lama makin memberat dan timbul sepanjang hari. Bila disertai infeksi saluran nafas, batuk akan bertambah hebat. Umumnya sputum pasien PPOK berwarna putih atau mukoid, bila terdapat infeksi sputum akan menjadi purulen/mukopurulen dan kental. Adanya infeksi saluran nafas, dapat memicu timbulnya gejala sesak nafas, yang disebut dengan eksaserbasi akut. Eksaserbasi akut ini terjadi pada penderita PPOK bila kondisinya mengalami perburukan dan bersifat akut dari kondisi yang sebelumnya stabil.
Perlu diketahui bahwa tidak hanya perokok aktif, namun perokok pasif juga berisiko terkena PPOK. Paparan asap rokok dapat mempengaruhi saluran pernapasan besar, saluran pernapasan kecil (diameter ≤2mm), dan alveoli. Perubahan di saluran pernapasan besar menyebabkan batuk dan sputum, sedangkan di saluran pernapasan kecil dan alveoli menyebabkan perubahan fisiologis sehingga pengeluaran CO2 dari paru-paru menjadi terganggu.
Bagaimana pengobatan PPOK? Pada dasarnya, penyakit ini terjadi karena aliran udara yang berkurang akibat adanya penyempitan saluran nafas yang terjadi karena peradangan kronis. Pengobatan pada pasien PPOK meliputi terapi oksigen dan obat-obatan (bronkodilator, anti inflamasi, dan antibiotik) yang dapat melebarkan saluran pernafasan sehingga keluhan sesak berkurang. Hal yang paling penting bagi penderita PPOK adalah berhenti merokok. Karena pengobatan tidak akan efektif bila masih merokok aktif.
Referensi:
- World Health Organization. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Update 2014. Geneva: WHO Press; 2014.
- 2017. COPD diaksespadatanggal 19 April 2019, available at http://www.who.int/topics/chronic_obstructive_pulmonary_disease/en/
- PedomanDiagnosadanPenatalaksanaan di Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. 2003.
- Harrison S. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Dalam: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, penyunting. Harrison‟s Principles of Internal Medicine. Edisi ke-18. Amerika Serikat: McGraw-Hill; 2012. hlm. 1547-54
Gambar cover diambil dari sini.