Apakah itu Syok Hipovolemik ?

Apakah itu Syok Hipovolemik ?

Oleh dr. Rizki Nursofyanto & dr. Zaenal Arifin Sp.An

Syok adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh gangguan hemodinamik yang ditandai dengan kegagalan sirkulasi untuk mempertahakan perfusi yang adekuat ke organ vital tubuh. Sedangkan hipovolemik artinya cairan. Dengan kata lain, syok hipovolemik adalah kondisi gawat darurat yang disebabkan oleh hilangnya darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar, sehingga jantung tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Syok hipovolemik harus segera ditangani untuk mencegah kerusakan organ-organ lainnya.

Sebanyak 60% dari berat tubuh manusia dewasa terdiri dari air. Air dalam tubuh manusia ini dapat dibedakan menjadi berbagai macam, yaitu plasma darah, cairan di dalam sel, dan cairan di antara sel. Cairan-cairan tersebut berhubungan antara satu dan lainnya, sebagai contoh apabila terjadi penurunan jumlah plasma darah, maka jumlah air di dalam sel juga akan berkurang, begitu pun sebaliknya. Keadaan syok hipovolemik dapat disebabkan oleh dua mekanisme yaitu perdarahan (syok hemoragik) dan non perdarahan. Pada mekanisme yang disebabkan oleh perdarahan, kehilangan darah yang banyak akan menurunkan jumlah darah dalam tubuh yang mengakibatkan syok hipovolemik. Mekanisme yang kedua adalah non perdarahan, seperti diare ataupun muntah yang berlebihan. Muntah ataupun diare dapat menyebabkan pengurangan cairan tubuh yang intersisital (cairan antar sel), yang nantinya juga akan mengakibatkan penurunan jumlah plasma darah dan lebih lanjut menyebabkan syok hipovolemik.

Penyebab terbanyak syok hemoragik adalah cedera traumatik. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, persentase terjadinya cedera dari tahun 2007 sebesar 7.5% menjadi 9.2% pada tahun 2018. Di Amerika Serikat, didapatkan lebih dari 60.000 kematian pertahun yang terjadi akibat syok hemoragik. Tingginya tingkat mortalitas akibat syok hemoragik menjadi masalah global yang substansial.

Syok hipovolemik menjadi berbahaya karena pentingnya komponen air (darah) dalam tubuh manusia. Darah dalam tubuh berfungsi untuk menghantarkan oksigen ke organ-organ tubuh seperti, otak, jantung, hati, ginjal, otot dan lain sebagainya. Oksigen merupakan komponen penting untuk melakukan metabolisme. Apabila terjadi kekurangan oksigen, maka organ organ tersebut tidak memiliki “bahan bakar”, sehingga lama kelamaan akan terjadi kematian sel. Selanjutnya kematian sel yang banyak akan menyebabkan kematian jaringan dan organ.

Pada dasarnya tubuh dapat berkompensasi untuk melakukan stabiliasi dari kondisi kekurangan cairan. Organ yang berperan penting dalam mekanisme kompensasi tersebut adalah jantung dan sistem saraf. Apabila terjadi keadaan kekurangan darah / cairan maka jantung akan meningkatkan kecepatannya berdenyut untuk memenuhi kebutuhan oksigen di dalam sel. Selain itu, tubuh juga akan “memilih” jaringan yang menjadi prioritas untuk dialiri darah, dan yang paling utama menjadi prioritas adalah otak dan jantung.

Selain jantung, sistem saraf juga memiliki peranan yang vital. Saraf akan merespon melalui saraf simpatis yang akan menimbulkan efek pada organ yaitu meningkatkan kecepatan jantung berdenyut dan juga meningkatkan kekuatan jantung untuk memompa lebih kuat. Efek saraf simpatis lainnya adalah memperkecil pembuluh darah (vasokontriksi) pada pembuluh darah yang tidak menjadi prioritas.

Meskipun gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat perdarahan atau non perdarahan adalah sama, tetapi terdapat perbedaan dalam kecepatan timbulnya tanda dan gejala. Kehilangan darah sebesar <10% dari volume total darah tidak akan memberikan gejala pada seseorang karena keadaan tersebut masih dapat dikompensasi oleh tubuh  dengan meningkatkan tahanan pembuluh darah jaringan dan frekuensi denyut jantung serta kontraktilitas kekuatan otot jantung. Bila kehilangan cairan terus berlangsung, maka akan menimbulkan gejala peningkatan frekuensi denyut jantung, penurunan tekanan darah, napas yang cepat, turgor jelek, ujung tangan dan kaki dingin dan pengisian ujung kapiler yang lambat (tampak pucat).

Prioritas pertama dalam penatalaksanaan syok hipovolemik adalah Airway and Breathing, yaitu menjamin jalan napas dan oksigenasi, dengan cara memberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan delivery oksigen ke jaringan (perfusi). Langkah selanjutnya adalah menghentikan perdarahan, hal ini bertujuan agar keadaan orang tersebut tidak menjadi semakin parah. Setelahnya yang perlu dilakukan adalah pemberian cairan intravena yang bertujuan untuk mengganti cairan yang telah hilang. Pemberian cairan ini dapat diawali dengan pemberian cairan kristaloid (Ringer Laktat, NaCl 0,9 %) sebanyak 3 kali jumlah cairan/ darah yang hilang. Apabila pemberian cairan kristaloid tidak memberikan perbaikan cairan dapat diganti menjadi cairan koloid dengan jumlah pemberian sama dengan jumlah cairan/darah yang hilang. Namun apabila syok hipovolemik disebabkan kehilangan darah cukup banyak ( lebih dari 15%) atau Hb <7 mg/dL maka dapat diberikan tranfusi.

Evaluasi yang harus dilakukan untuk melihat perbaikan dari syok hipovolemik adalah produksi urin. Hal ini merupakan indikator yang cukup sensitif dari perfusi ginjal karena menandakan aliran darah ke ginjal yang adekuat. Jumlah produksi urin yang normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa. Selain urin, respon lainnya adalah pulihnya tekanan darah, tekanan nadi, dan denyut nadi ke normal sebagai penanda positif bahwa perfusi sedang kembali ke normal.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penyebab syok hipovolemik dapat dibedakan menjadi dua macam, yang pertama perdarahan dan non perdarahan. Untuk kasus perdarahan, paling sering disebabkan oleh kecelakaan, untuk itu terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama, yaitu :

  1. Posisikan tubuh penderita di permukaan yang rata.
  2. Jangan memberikan cairan apapun ke mulut dan jangan mencabut benda apapun yang menancap di tubuh.
  3. Bebat titik perdarahan menggunakan kain, untuk mengurangi aliran darah yang keluar.
  4. Jaga suhu tubuh tetap hangat dan cukupi kebutuhan oksigennya.

Selain itu syok hipovolemik dapat disebabkan oleh hal non perdarahan seperti diare ataupun muntah. Kita dapat mencegah diare dan muntah hebat agar tidak mengarah pada syok hipovolemik dengan cara memberikan cairan/oralit setiap kali diare dan muntah. Oralit dapat dibuat mandiri dengan menambahkan 1 sendok teh gula pasir dan garam sucukupnya kedalam 1 gelas air putih. Konsumsi oralit ini dilakukan setiap seseorang diare ataupun muntah.

Referensi:

  1. Suh, Gill Joon, Lee, Hual Jai. Introduction of Shock. 2019. Springer Nature Singapore.
  2. Jatmiko, Heru D, et al. Anestesiologi edisi 2 : Syok dan Pengelolaan Hemodinamik. 2013. Perdatin Jateng.
  3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta : 2013. PAPDI
  4. Hardisman. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik : Update dan Penyegaran. 2013. Jurnal FK Unand
Edited&Uploaded by Coraega

Related Posts

Komentar