Peran Bakteriuria Asimtomatik pada Ketuban Pecah Dini
Oleh: dr. Fitri Meutia Hakim & Muhamad Zul Aziz, Sp.OG
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu (persalinan). KPD merupakan suatu kejadian obstetrik yang banyak ditemukan, dengan insiden sekitar 10,7% dari seluruh persalinan, dimana 94% diantaranya terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD dapat meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Efek yang bisa terjadi pada ibu antara lain korioamnionitis, tindakan operatif dan sepsis. Sedang pada janin komplikasi yang sering terjadi ialah prematuritas gawat janin ataupun kematian janin.
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Pecahnya selaput ketuban dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satu diantaranya karena infeksi saluran kemih baik asimptomatik (tanpa gejala) maupun simptomatik (dengan gejala). Bakteriuria asimptomatik atau infeksi saluran kemih tanpa gejala adalah isolasi kuantitatif bakteri dalam spesimen urin yang dipeoleh dari orang tanpa gejala atau tanda-tanda yang terkait dengan infeksi saluran kemih. Bakteri yang paling sering menyebabkan bakteriuria adalah Escherichia coli. Penelitian menyatakan bahwa seringnya infeksi oleh mikroorganisme tersebut disebabkan oleh adanya perubahan anatomi dan perubahan fungsional yang terjadi selama kehamilan serta fakta bahwa E. coli merupakan mikroorganisme yang normal terdapat pada daerah dubur hingga vagina. Pada kehamilan terjadi perubahan fisiologis dan struktur traktus urinarius berupa pelebaran kaliks, pelvis ginjal dan ureter disebelah atas tulang pelvis. Kapasitas ureter dan kandung kemih juga mengalami peningkatan sampai dua kali lipat pada kehamilan aterm. Pelebaran tersebut terjadi akibat berkurangnya tonus otot polos traktus urinarius akibat kerja progesteron dan kompresi ureter akibat berkurangnya pembesaran uterus, sehingga mekanisme pengosongan vesika urinaria tidak sempurna dan terjadi stasis urin. Hal ini menyebabkan mudahnya bakteri berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan ibu hamil mudah terkena infeksi saluran kemih baik simtomatik maupun asimtomatik.
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan terjadi peningkatan aktivitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagnase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion menyebabkan ketuban menjadi tipis lemah dan mudah pecah secara spontan.
Prinsip utama penatalaksanaan KPD adalah untuk mencegah mortalitas dan morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang dapat meningkat karena infeksi atau akibat kelahiran preterm pada kehamilan dibawah 37 minggu. Prinsipnya penatalaksanaan ini diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang yang mencurigai tanda-tanda KPD. Setelah mendapatkan diagnosis pasti, dokter kemudian melakukan penatalaksanaan berdasarkan usia gestasi.
Referensi:
- American Collage of Obstetricians and Gynecologists. 2007. ACOG practice bulletin No. 80. Premature rupture of membranes.
- Azkia H, Berawi K. 2015. Bakteriuria asimptomatik pada kehamilan. J Agromed Unila.
- Manuaba dkk. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:EGC.
- Mohammad M dkk. 2012. Laboratory aspect of asymptomatic bacteriuria in pregnancy. South Asian J Trop Med Public Heal.
- Nili F, Ansari AAS. 2003. Neonatal complication of premature rupture of membranes. Acta Medica Iranica.
- Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2016. Pedoman nasional pelayanan kedokteran ketuban pecah dini.