Apendisitis Akut

(Oleh dr. Abdul Aziz dan dr. Heri Sugianto Sp.B, Msi.Med)

Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis (umbai cacing/ usus buntu). Umumnya apendisitis disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh dan kanker

Faktor kebiasaan makan makanan rendah serat dan konstipasi /susah buang air besar (BAB) menunjukkan peran terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan lumen usus yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal usus.

Klasifikasi apendisitis akut:

  • Apendisitis akut simple: peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilicus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan. Apendisitis hiperemia dan tidak ada eksudat serosa.
  • Apendisitis supuratif: ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan tekan, nyeri lepas di titik MC Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif
  • Apendisitis akut gangrenosa: didapatkan tanda-tanda supuratif, apendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding apendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman.
  • Apendisitis infiltrat, adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya
  • Apendisitis abses, terjadi bila massa local yang terbentuk berisi nanah. Biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal, dan pelvis
  • Apendisitis perforasi, adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
  • Apendisitis kronik, adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu atau terjadi secara menahun. Apendisitis kronik sangat jarang terjadi (1-5%). Diagnosis apendisitis kronik juga sulit ditegakkan. Terdapat riwayat nyeri perut kanan bawah yang biasa terjadi secara berulang (Pieter, 2005). Pemeriksaan fisik hampir sama dengan apendisitis akut. Walaupun ada beberapa kriteria yg berbeda. Pada pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi terkadang menggambarkan hasil yang normal. Setelah dilakukan apendektomi, gejala akan menghilang pada 82-93% pasien. Patologi anatomi digunakkan untuk menegakkan apendisitis kronik karena diagnosis sebelum operasi sangat sulit ditetapkan. Ciri apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik

 

       Gejala Klinis

            Gejala umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai dengan nyeri perut yang didahului anoreksia.  Gejala utama apendisitisakut adalah nyeri perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu menetap, kadang disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-12 jam, dengan rata-rata 4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi di abdomen kuadran kanan bawah

 

       Skor Alvarado

              Semua penderita dengan suspek apendisitis akut dibuat skor Alvarado dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor <6 dan skor >6.  bila skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan. Selanjutnya ditentukan apakah akan dilakukan apendiktomi. Setelah apendiktomi, dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan apendiks dan hasil PA

 

Tabel 1. Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis.

 

Gejala Klinik

Value

Gejala

Adanya migrasi nyeri

1

 

Anoreksia

1

 

Mual/muntah

1

Tanda

Nyeri abdomen kuadran kanan bawah

2

 

Nyeri lepas

1

 

Febris

1

Lab

Leukositosis

2

 

Shift to the left

1

Total poin

 

10

 

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosis adanya apendisitis, diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi :

 

Pemeriksaan fisik.
Pada apendisitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) di daerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign). Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah.

 

Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit). Leukositosis berkisar antara 10.000-18.000/ mm3, biasanya didapatkan pada keadaan akut, apendisitis tanpa komplikasi dan sering disertai predominan PMN sedang. Jika hitung jenis sel darah putih normal tidak ditemukan shift to the left pergeseran ke kiri, diagnosis apendisitis akut harus dipertimbangkan.

 

Pemeriksaan radiologi.
Pada umumnya foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71-97 %),. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93-98 %). 

           

Penatalaksanaan

 Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit apendisitis (radang usus buntu) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosis kemungkinan pemberian antibiotika dapat saja dilakukan.

Bila dilakukan pembedahan, terapi pada pembedahan meliputi; antibiotika profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai pada kasus akut, digunakan single dose dipilih antibiotika yang bisa melawan bakteri anaerob.

 

Pencegahan

  • Diet tinggi serat

Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.40 Serat dalam makanan mempunyai kemampuan mengikat air, selulosa, dan pektin yang membantu mempercepat sisi-sisa makanan untuk diekskresikan keluar sehingga tidak terjadi konstipasi yang mengakibatkan penekanan pada dinding usus.

  •  Defekasi yang teratur

Frekuensi defekasi yang jarang akan mempengaruhi konsistensi feses yang lebih padat sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi menaikkan tekanan intracaecal sehingga terjadi sumbatan fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon. Pengerasan feces memungkinkan adanya bagian yang terselip masuk ke saluran appendiks dan menjadi media kuman/bakteri berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan pada appendiks.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Sjamsuhidajat, R dan de Jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
  2. Heller, Jacob L. 2008. Appendectomy - series: Normal anatomy. Retrieved May22, 2010, from Medline Plus: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100001_1.htm
  3. Hackam, David. 2008. Appendicitis. Retrieved May22, 2010, from Knol – A Unit of Knowledge : http://knol.google.com/k/dr-david-hackam/appendicitis/RNKGbbtd/Z1o0Yg
  4. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, Acute. Retrieved May22, 2010, from eMedicine : http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview
  5. Brunicardi, F.C., et al. 2007. Schwartz`s Principle of Surgery. USA : The Mc Graw Hill Company.
  6. Bedah Digestif. 2008. Apendicitis akut. Retrieved May22, 2010, from Ilmu Bedah UGM: http://bedahugm.net/Bedah-Digesti/Apendicitis-akut.html
  7. Appendicitis Acute. In: Ferri FF. Ferri’s Clinical Advisor 2009: Instant Diagnosis and Treatment. Philadelphia, Pa.: Mosby Elsevier; 2009. http://www.mdconsult.com/das/book/body/147002427-2/0/1701/0.html. 
  8. Hardin, Mike. 1999. Acute Appendicitis Review and Update. Retrieved May22, 2009, from American Academy of Family Physicians.: http://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.htm
  9. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, AcutDifferential Diagnoses & Workup. Retrieved May22, 2010, from eMedicine : http://emedicine.medscape.com/article/773895-diagnosis
  10. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, Acut- Follow-up. Retrieved May22, 2010, from eMedicine : http://emedicine.medscape.com/article/773895-followup

Related Posts

Komentar