BRONKIEKTASIS TERINFEKSI PADA BEKAS TB
A. Pendahuluan
Bronkiektasis adalah peradangan saluran nafas kronik dengan pelebaran bronkus yang permanen dan merupakan proses lanjutan dari infeksi termasuk infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bronkiektasis menimbulkan beban yang berarti pada pasien, dokter, dan layanan kesehatan. Eksaserbasi bronkiektasis menurunkan kualitas hidup, meningkatkan angka rawat inap, dan angka kematian.
B. Definisi, Epidemiologi, dan Etiologi
Bronkiektasis adalah dilatasi abnormal yang bersifat kronik pada satu atau lebih bronkus. Prevalensi bronkiektasis 1,3-17,8 penderita per 1.000 penduduk, meningkat 8,74% setiap tahun sesuai usia dan memuncak pada usia 80-84 tahun. Pada studi Pasteur et al. dengan 150 pasien, diketahui sebab bronkiektasis pada 93 pasien: bekas infeksi (44), defek immunologis (12), Aspergillosis Bronchopulmonaru allergy (ABPA) (11), aspirasi/ refluks (6), sindrom Young (5), Cystic Fibrosis (CF) (4), rheumatoid arthritis (4),Primsry Cilliary Dyskinesia(PCD) (3), kolitis ulseratif (2), pan bronchiolitis (1), dan kongenital (1).
C. Patofisiologi
Studi yang paling menjelaskan patologi bronkiektasis dikemukakan oleh Whitewell, yang mempelajari 200 spesimen jaringan paru hasil operasi. Pada proses infeksi Mycobacterium tuberculosisterjadi pelebaran limfe nodi dalam jangka waktu lama, menyebabkan obstruksi dan bronkiektasis sekunder.Dilatasi bronkus yang terjadi bersifat persisten walaupun infeksi TB telah dinyatakan sembuh dan limfe nodi kembali ke ukuran semula.
Gambar 1. Patologi Bronkiektasis pada Infeksi Tuberkulosis
D. Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Manifestasi klinis klasik penderita bronkiektasis adalah batuk dengan dahak mukopurulen yang produktif setiap hari, kadang bertahan hingga bulan atau tahunan. Dahak dengan bercak darah atau hemoptisis dapat terjadi. Gejala tidak spesifik diantaranya sesak nafas, nyeri dada, mengi, demam, lemas, dan penurunan berat badan.
Dari pemeriksaan fisik, tanda bronkiektasis tidak spesifik dan dapat ditemukan pada kondisi penyakit lain. Secara umum, tanda yang didapat adalah suara tambahan ronkhi atau wheezing pada lapang paru, jari tabuh (clubbing finger), sianosis, serta tanda gagal jantung kanan seperti edema perifer, hepatomegali, hipoksia.
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologi, sehingga untuk penegakan diagnosis dibutuhkan pemeriksaan penunjang. High resolution chest computed tomography (HRCT) merupakan alat baku emas diagnosis bronkiektasis dengannilai sensitivitas 84-97% dan spesifisitas 82-99%. Bronkiektasis ditandai dengan bronkus yang tidak meruncing ke arah perifer, bronkus terlihat pada jarak 1-2 cm dari perifer paru, dan peningkatan rasio bronkoarterterial (signet ring sign).
Gambar 2. CT Scan pada Bronkiektasis A) Tubular, B) Varikosa, C) Kistik
E. Tatalaksana
Tujuan pengobatan bronkiektasis adalah untuk mencegah eksaserbasi, mengurangi keluhan, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan menghentikan perburukan penyakit. Target utama tatalaksana adalah penurunan kejadian eksaserbasi.
- Intervensi Non Farmakologi : fisioterapi dada untuk membantu bersihan jalan nafas dari mukus, latihan berjalan 2 kali seminggu, dan bersepedamenghasilkan perbaikan signifikan skor kualitas hidup.
- Terapi Jangka Pendek
- Antibiotik Jangka Pendek
Patogen |
Nama Obat |
Dosis |
Durasi |
Pseudomonas aeruginosa |
Siprofloksasin oral |
750 mg/ 12 jam |
14 jam |
Seftazidime injeksi |
200 mg/ 8 jam |
14 hari |
|
Haemophilus influenza |
Amoksisillin oral |
500 mg/ 8 jam |
14 hari |
Klaritromisin oral (alergi amoksisilin) |
500 mg/ 12 jam |
14 hari |
|
Sefotaksim injeksi |
1 gram/ 12 jam |
|
|
Seftriakson injeksi |
2 gram/ 24 jam |
|
|
Moraxella cattarhalis |
Amoksisilin-klavulanat |
625 mg/ 8 jam |
14 ari |
b. Bronkodilator : agonis reseptor beta -2 kerja pendek dan kerja panjang, serta agen antikolinergik hanya pada keadaan sesak berat.
3. Terapi Jangka Panjang
a. Agen Mukoaktif : nebulasi dengan cairan saline hipertonis, manitol, dan agen mukolitik, obat oral mukoaktif seperti carbocysteine dan N-acetylcysteine, serta bromheksin selama ≥3 bulan.
b. Antiinflammasi :Pemberian antiinflamasi kortikosteroid, NSAID, dan leukotriene receptor antagonist (LTRA).
c. Makrolida : Eritromisin oral 400 mg/12 jam (12 bulan), Azitromisin oral 500 mg,3x/minggu (6 bulan), Azitromisin oral 250 mg/24 jam(12 bulan).
d. Antibiotik Inhalasi : Inhalasi siprofloksasin/ 12 jam (14 hari dan 28 hari), Pulmaquin (siprofloksasin + liposom) sedang dikembangkan pada tahap 3 clinical trial.
4. Pembedahan
Indikasi pembedahan adalah gejala kronik seperti batuk lama, produksi sputum purulen, batuk darah, dan lesi terlokalisir. Pembedahan yang dilakukan berupa lobektomi, segmentomi, dan pneuemktomi.
F. Kesimpulan
Bronkiektasis adalah kondisi dilatasi abnormal yang bersifat kronik pada satu atau lebih bronkus, sering disebabkan infeksi tuberkulosis. Bronkiektasis ditandai dengan batuk produktif yang kronik, kadang dapat disertai bercak darah. Gejala yang terjadi tidak bersifat spesifik, sehingga mirip dengan penyakit paru lain. Bronkiektasis memerlukan HRCT sebagai alat diagnosis baku emas. Penatalaksanaan bronkiektasis dilakukan dengan fisioterapi dada, antibiotik, agen mukoaktif, antiinflamasi, bronkodilator, serta pembedahan.
(Ditulis oleh: dr. Dyah Kencana Sinangling)