“Aman Berpuasa Bagi Penderita Diabetes Melitus”

“Aman Berpuasa Bagi Penderita Diabetes Melitus”

Oleh : dr. Yosefin Ratnaningtyas, Sp.PD


Bulan Ramadan adalah waktu yang dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Namun, bagi penderita Diabetes Melitus (DM), berpuasa memiliki tantangan tersendiri yang memerlukan perhatian dan pertimbangan khusus, agar dapat menjalankan ibadah di Bulan Ramadan dengan aman. Diabetes Melitus adalah kondisi di mana tubuh tidak mampu mengatur kadar gula darah dengan baik, baik karena kekurangan insulin (DM tipe 1) maupun resistensi insulin (DM tipe 2). Risiko utama yang dapat terjadi selama puasa adalah hipoglikemia (gula darah terlalu rendah), hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi), dehidrasi, dan ketoasidosis diabetik. Risiko hipoglikemia dapat meningkat hingga 4,7 kali pada penderita Diabetes Melitus Tipe 1 dan 7,5 kali lipat bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama berpuasa. Berpuasa dalam waktu lama dapat memengaruhi kadar gula darah, sehingga penting bagi penderita diabetes untuk mempersiapkan diri dengan baik agar dapat menjalani puasa dengan aman.

Siapa yang Harus Berhati-hati dalam Berpuasa?

Tidak semua penderita diabetes disarankan untuk berpuasa. Kelompok yang perlu mempertimbangkan untuk tidak berpuasa atau mendapatkan izin agama untuk tidak berpuasa adalah:

  1. Penderita Diabetes Melitus tipe 1, terutama yang bergantung pada insulin.
  2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami komplikasi seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, atau gangguan saraf.
  3. Pasien yang sering mengalami hipoglikemia berat atau hiperglikemia yang sulit dikendalikan.
  4. Ibu hamil dengan diabetes gestasional.
  5. Lansia dengan diabetes yang memiliki risiko tinggi terhadap dehidrasi.

Tips Berpuasa Aman Bagi Penderita Diabetes Melitus

Berikut adalah beberapa tips dan panduan yang dapat membantu penderita Diabetes Melitus menjalani puasa Ramadan dengan sehat dan aman:

  1. Konsultasi dengan Dokter Sebelum Ramadan.

Sebelum memutuskan untuk berpuasa, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau dokter spesialis penyakit dalam. Lakukan pemeriksaan medis minimal 1 bulan sebelum Ramadan untuk menilai kondisi kesehatan dan menyesuaikan dosis obat atau insulin jika diperlukan. Dokter akan menilai kondisi kesehatan pasien: termasuk kadar gula darah, riwayat komplikasi, dan obat-obatan yang dikonsumsi. Beberapa penderita diabetes mungkin tidak disarankan berpuasa terutama jika memiliki risiko hipoglikemia (gula darah rendah) atau hiperglikemia (gula darah tinggi) yang berbahaya.

  1. Pilih Makanan yang Tepat saat Sahur dan Berbuka
  • Sahur

Pilih makanan dengan indeks glikemik rendah, kaya serat, dan karbohidrat kompleks yang melepaskan energi secara perlahan, seperti nasi merah, oatmeal, roti gandum, dan kacang-kacangan. Tambahkan sumber protein (telur, ikan, atau daging tanpa lemak) dan serat (sayuran dan buah) untuk menjaga kestabilan gula darah.

  • Berbuka

Mulai dengan makanan ringan seperti kurma secukupnya (1-2 butir) untuk meningkatkan gula darah secara perlahan, atau air putih untuk mengembalikan energi. Hindari makanan tinggi gula dan lemak jenuh seperti gorengan, es sirup, kolak, makanan manis berlebihan, dan minuman bersoda yang dapat menyebabkan lonjakan gula darah. Setelah shalat Maghrib, lanjutkan dengan makan utama yang seimbang.

  1. Pantau Kadar Gula Darah Secara Berkala

Penderita diabetes dianjurkan untuk memeriksa gula darah beberapa kali sehari, terutama:

  • Sebelum sahur
  • Siang hari (jika merasa lemas atau pusing)
  • Sebelum berbuka puasa
  • 2 jam setelah berbuka puasa
  • Kapanpun jika mengalami gejala hipoglikemia atau hiperglikemia

Jika kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL atau naik di atas 300 mg/dL, segera batalkan puasa dan konsultasikan dengan dokter.

  1. Kenali Tanda Bahaya

Penting untuk mengenali gejala hipoglikemia (gula darah rendah) dan hiperglikemia (gula darah tinggi) sebagai berikut :

  • Hipoglikemia: Lemas, pusing, berkeringat dingin, gemetar, atau pingsan.
  • Hiperglikemia: Sering haus, buang air kecil berlebihan, lemas, atau pandangan kabur.

Jika mengalami gejala tersebut, segera batalkan puasa dan konsultasikan dengan dokter.

  1. Tetap Terhidrasi, Atur Pola Minum untuk Mencegah Dehidrasi

Kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada penderita diabetes. Pastikan untuk minum air putih yang cukup antara waktu berbuka dan sahur (minimal 8 gelas sehari). Hindari minuman berkafein seperti kopi atau teh yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi.

  1. Sesuaikan Aktivitas Fisik

Hindari olahraga berat saat berpuasa, terutama sebelum berbuka. Jika ingin berolahraga, lakukan setelah berbuka puasa untuk menghindari kelelahan atau hipoglikemia. Olahraga ringan seperti jalan kaki setelah berbuka puasa dapat membantu mengontrol gula darah.

  1. Sesuaikan Jadwal dan Dosis Obat

Pasien yang menggunakan obat diabetes atau insulin dapat melakukan konsultasi dengan dokter untuk menyesuaikan jadwal dan dosis obat selama Ramadan. Beberapa obat dapat mengalami perubahan jadwal minum obat saat sahur maupun berbuka dan perubahan dosis untuk menghindari hipoglikemia.

  1. Istirahat yang Cukup

Kurang tidur dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan kadar gula darah. Pasien Diabetes Melitus sebaiknya memiliki waktu tidur yang cukup selama Ramadan.

Kesimpulan

Berpuasa bagi penderita Diabetes Melitus memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. Dengan memantau kadar gula darah, mengatur pola makan, dan berkonsultasi dengan dokter, penderita diabetes dapat menjalani puasa Ramadhan dengan aman dan nyaman. Selalu ingat bahwa kesehatan adalah bagian penting dari ibadah, dan menjaga diri dari risiko komplikasi adalah langkah bijaksana.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan sehat dan penuh berkah!

Artikel ini disusun oleh dr. Yosefin Ratnaningtyas, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUD Ajibarang. Untuk konsultasi lebih lanjut, silakan hubungi dokter Anda.

 

Related Posts

Komentar