Percutaneous Dilatational Tracheostomy Bisa Mengurangi Pembeayaan Pasien Prolonged Ventilator
Semarang,- Sering kita menemukan pasien di ICU dengan menggunakan alat bantu nafas atau ventiltor dalam jangka waktu lama (prolonged ventilator), ini bisa disebabkan gagal weaning (gagal penyapihan) atau gangguan persyarafan. Kadang juga sering kita menemukan pasien di ICU dengan penggunaan ventilator ini memerlukan pembersihan jalan nafas yang dalam untuk memastikan jalan nafas bebas tanpa sumbatan. Pada kondisi inilah kita memerlukan sebuah tindakan dengan tracheostomy (surgical) ataupun dengan percutaneous dilatational tracheostomy (PDT).
Keuntungan teknik PDT ini dibandingkan dengan surgical adalah pasien tidak memerlukan transport ke ruang kamar operasi, hal ini bisa mengurangi permasalahan selama transportasi pasien, mengurangi beaya sewa kamar operasi, dikarenakan teknik PDT bisa dilakukan diruangan ICU yang tersedia mesin ventilator dan alat penunjang emergency, monitoring dan standart ICU pada umumnya. Pada saat sistem pembayaran dengan menggunakan sistem BPJS seperti saat ini, bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi pembeayaan pasien.
Pertama yang harus dilakukan adalah dengan memastikan identitas pasien dan mengetahui indikasi pasien serta tidak ditemukannya kontra indikasi tindakan PDT ini. Disamping itu persiapan pasien berkaitan dengan studi koagulasi dan pemeriksaan darah rutin lainya kadang diperlukan. Setelah pasien sesuai posisi dan peralatan siap, pasien memerlukan analgesi dan tindakan anestesi, setelah petugas melakukan persiapan diri, desinfeksi area tindakan, tutup area sekitar tindakan dengan duk steril. Kemudian lakukan irisan pada daerah insisi sekitar 1 cm dan lebarkan sampai teridentifikasi trachea dan cincinya, insersi daerah yang telah diidentifikasi dengan menggunakan jarum iv catheter no 14, bila saat diaspirasi keluar udara maka telah berada pada posisi yang benar, selanjutnya tarik trokart dan masukan kawat alat bantu kedalamnya, lebarkan jalan dengan menggunakan dilatasi pertama dan kedua sampai batas yang telah ditentukan kemuadian masukan kanul tracheostomy dan sambungkan dengan mesin bantu nafas (ventilator).
Pada tindakan PDT ini bukan tanpa komplikasi, tetapi kadang bisa terjadi perdarahan, emfisema atau juga bisa terjadi keadaan lainnya sampai meninggal walau sangat jarang terjadi. Pada waktu yang lama bisa terjadi stenosis trachea. Sumbatan kanul juga bisa terjadi pada pemakaian yang lama sehingga memerlukan perawatan kanul secara rutin. Teknik ini tidak disarankan dilakukan pada keadaan pasien gemuk, anak kurang dari 8 tahun, kelainan anatomis sekitar, dan tidak dianjurkan untuk kondisi emergency jalan nafas.
Tindakan treaceostomi memiliki berbagai keuntungan pada penggunaan ventilator yang lama dibandingkan dengan menggunaan ETT (endotracheal tube), diantaranya masalah perawatan jalan nafas lebih mudah, menurunkan obat sedasi, menghindari kerusakan laryng dan plika vokalis, menurunkan angka VAP (ventilator associated pneumonia), mempersingkat weaning, menurunkan angka infeksi dan mengurangi pembeayaan rumah sakit.
Berkaitan dengan ini RSUD Ajibarang baru saja memberangkatkan salah seorang SDM nya dr. Igun Winarno, SpAn untuk mengembangkan dirinya meningkatkan kemampuan dalam tindakan PDT dalam acara MTE-CCRA 2019MEET THE EXPERT CASE CONFERENCE REGIONAL ANESTHESIA di Semarang khususnya workshop yang berkaitan dengan PDT dengan instruktur dr. Jati listiyanto, SpAn, KIC,KAP, dr. Johan A, SpAn,KIC,KAP, dr. Calcarina Retno, SpAn, KIC, Dr.Med.dr. Untung W, Span,KIC (by goens)
GALERIA FOTO :