IHT EARLY WARNING SYSTEM SEBAGAI UPAYA PENURUNAN AKTIVASI CODE BLUE
Kewaspadaan dini dalam pengelolaan pasien (Early Warning System /EWS) merupakan upaya untuk mengetahui kecenderungan perburukan pasien dalam pengelolaan di rumah sakit. Kegiatan ini juga menjadi salah satu standar penilaian PAP (Pelayanan dan Asuhan Pasien) 3.1 dalam SNARS Edisi 1, dimana seluruh staf harus mampu melakukan deteksi dini terhadap kondisi kritis pasien dan harus memiliki sertifikat sebagai bukti sudah terlatih dan berkompeten untuk melaksanakan EWS. Oleh karena itu RSUD Ajibarang berusaha semakin meningkatkan kualitas pelayanan di bidang ini, peningkatan kompetensi SDM Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dalam penanganan resusitasi dan pengenalan dini perburukan pasien. Henti jantung dan henti nafas merupakan salah satu hal yang ditakuti oleh pasien dan keluarga, dan biasanya kejadian ini tidak akan terjadi secara tib-tiba tetapi melalui sebuah proses sampai terjadinya aktivasi sistem code blue di rumah sakit.
Memperhatikan ini semua RSUD Ajibarang melalui Bidang Pelayanan dan Keperawatan bekerjasama dengan Instalasi Diklat dan PSDM mengadakan “In House Training Early Warning System (EWS)” yang bertujuan untuk meningkatkan skill para PPA dalam melakukan deteksi dini kondisi kritis pasien di rumah sakit secara umum, dan di ruang rawat inap secara khusus. Dengan pelatihan ini diharapkan akan terbangun sistem yang kuat dalam penanganan pasien kritis dimana penanganan kekritisan bukan dimulai di ICU melainkan sudah dimulai sejak pertama kali pasien datang ke rumah sakit. Apabila EWS dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan, diharapkan akan menurunkan angka kejadian code blue karena pasien dapat ditangani dengan cepat dan tepat termasuk diputuskan apakah pasien memerlukan perawatan di ICU sebelum pasien jatuh dalam kondisi henti jantung. Dengan demikian diharapkan akan meningkatkan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan di RSUD Ajibarang.
IHT yang pertama dimulai tanggal 10 Nopember 2018, acara dimulai dengan laporan oleh ketua Ahmad Muhajirin, S.Kep.Ns bahwa IHT ini direncanakan selama tujuh gelompang untuk menambah kompetensi dokter umum, perawat dan bidan. Muhajir juga menyampaikan pada gelombang pertama ini dikhususkan untuk para kepala ruang dan kepala tim sebanyak 26 dan dokter umum 2 orang. Direktur RSUD Ajibarang dr. Dani Esti Novia berkenan membuka dan dalam sambutannya mengharapkan agar kita semakin meningkatkan kepekaan terhadap kondisi kritis pasien dan dapat melakukan penanganan secara cepat dan tepat sehingga memberikan kepuasan pelanggan kita. Setelah sambutan dari Direktur, acara dilanjutkan dengan pengantar pelatihan oleh Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan dr. Widyana Grehastuti, SpOG. Beliau memandang perlunya pelatihan ini untuk peningkatan kompetensi para PPA disamping itu untuk bisa menekan kejadian code blue (henti jantung dan nafas) pasien atau perburukan pasien yang tidak di ketahui dan beliau juga mengharapkan agar para karu dan katim ini memberikan contoh dengan lulus semua dan mendapatkan nilai yang memuaskan.
Sesi materi diisi oleh dr. Igun Winarno, SpAn diawal dengan memaparkan mengenai pentingnya EWS dan fisiologi parameter yang digunakan yaitu penilaian kesadaran, tekanan darah, suhu, nadi, saturasi oksigen, pemberian oksigen. Dimana hal ini semua dipengaruhi oleh fungsi jantung dalam sirkulasi, hantaran, sistem pernafasan dan fungsi syaraf yang dikenal dengan “theory of everything”. Pembicara kedua dr Savitri Rahayu, SpOG mengisi tentang Maternal Early Warning System, pembicara ketiga dr Florence Alexandra, SpA mengisi tentang Pediatric Early Warning System dan pembicara selanjutnya dr Maela Rustiana Dewi tentang Penerapan EWS dan Asesmen Pasien. Setelah sesi materi, dilanjutkan dengan drill kasus yang bertujuan untuk mengasah ketrampilan perawat dan dokter untuk melakukan penilaian EWS serta bagaimana asasmennya terhadap kondisi tersebut. Tidak lupa pada kesempatan ini juga di refresh praktek High Quality CPR menurut ART (Advanced Rapid Training) dan system dari AHA.
Di Gelombang pertama ini disampaikan pula bahwa nantinya, form EWS yang telah disepakati dan sudah dikoordinasikan dengan Instalasi Rekam Medis, yaitu form NEWS 2 untuk pasien dewasa, PEWS untuk pasien pediatrik dan MEWS untuk pasien maternal Inpartu, akan dimasukkan dalam berkas rekam medis pasien dan wajib diisi dengan rentang waktu yang disesuaikan dengan skoring total pada saat penilaian EWS. Di akhir acara, yang di tutup oleh Kasie Keperawatan Bapak H. Nasim,S.Kep.Ns mengaharapkan para peserta untuk bisa memberikan contoh yang baik untuk teman-teman pelaksana dilapangan, panitia juga menentukan sebagai peserta terbaik adalah Tusi Febriyati, S.Kep.Ns.