RSUD AJIBARANG MELAKSANAKAN PROGRAM “BHD GOES TO SCHOOL” KE SMA 2 PURWOKERTO
Ajibarang,- Kejadian henti jantung mendadak sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bisa mengenai siapapun, dimanapun dan kapanpun. Henti jantung inipun menjadi faktor kematian utama di dunia ini, sedangkan di Indonesia menjadi penyebab kematian nomer pertama alias pembunuh pertama. Hal ini bisa kita ketahui sekarang banyak kejadian orang yang sedang berolah raga (bulu tangkis, bersepeda, futsal, sepakbola, gym), berada di meja kantor, guru sedang mengajar atapun kejadian lainnya yang tiba-tiba tidak sadarkan diri dan tidak mendapatkan pertolongan pertama dari orang sekitar yang memadai sehingga mengakibatkan. Sedangkan kejadian henti jantung dengan pertolongan resusitasi kompresi jantung paru yang baik dan cepat bisa mengembalikan fungsi jantung hampir 30 %. Kejadian henti jantung ini banyak dipicu oleh berbagai macam penyakit dan kondisi diantaranya penyakit hipertensi, kolesterol, kencing manis, kegemukan dan kegiatan yang berlebihan.
Program BHD goes to school dari Diklat RSUD Ajibarang seiring keinginan dan harapan agar masyarakat bisa memberikan reaksi yang cepat dengan pertolongan kompresi jantung paru bila menemukan pasien tidak sadarkan diri dan teridentifikasi sebagai henti Jantung. Oleh karena itu Direktur RSUD Ajibarang dr. Dani Esti Novia mencoba memperkenalkan BHD (bantuan hidup dasar) henti jantung kepada SMA 2 Purwokerto, disamping itu untuk lebih memperkenalkan program RSUD Ajibarang kepada khalayak yang lebih luas. Kebetulan Kepala Sekolah SMA 2 Purwokerto Bapak Thohar juga memandang ini sebagai kegiatan yang banyak manfaatnya, maka dilaksanakanlah kegiatan BHD goes to SMA 2 Purwokerto pada tanggal 5 Agustus 2018.
Sebenarnya bagaimana menghadapi orang dengan henti jantung ? Sebagaimana diterangkan oleh dr. Igun Winarno, SpAn selaku ketua rombongan Tim BHD RSUD Ajibarang bahwa sesuai patokan dalam memberikan pertolongan korban dengan henti jantung “DRCAB” langkah pertama adalah “Danger” yaitu mengamakan diri kita, pasien dan lokasi sekitar kejadian, kemuadian “Respon” yaitu mengecek respon korban dengan panggilan pada area kuping kanan dan kiri dengan menepuk pundak dan secara simultan memeriksa nadi dan pernafasan, bila tdak ada respon segera panggil bantuan “call for help” dengan berteriak minta tolong dan lanjutkan dengan “Cest Compression” yaitu segera lakukan pijat jantung dengan menelatkkan tangan di tengah dada antara payudara kanan dan kiri dengan posisi duduk dan tangan lurus keatas 90 derajat, segera lakukan pijatan sebanyak 30 kali diselingi 2 kali pemberian bantuan pernafasan, kecepatan kompresji/pijatan antara 100-120 kali permenit, kedalaman antara 5-6 cm, minimalkan interupsi (berhenti), biarkan dinding dada kembali mengembang sempurna baru ditekan kembali. Lakukan secara terus menerus dalam setiap 5 siklus 30 : 2 atau 2 menit pemriksaan nadi dan pernafasan, bila dilakukan berdua lakukan tukar posisi pemberi bantuan nafas dan pemberi kompresi/pijatan.
Pada pelatihan BHD ini juga diajarkan bagaimana membebaskan jalan nafas bila tersedak maupun bagaimana cara memberikan bantuan pernafasan baik antar mulut ke mulut maupun dengan peralatan. Alat untuk bentu kejut jantung AED (automatic exsternal defibrillator) juga diperkenalkan kepada para siswa, demikian juga teknik bagaimana memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan maupun pembidaian.
Pelatihan ini diikuti oleh anggota PMR, Pramuka dan Paspara SMA 2 Purwokerto. Menurut ibu Ngadinem selaku pembina PMR kegiatan seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa dan bisa mengubah pola pikir bahwa pijat jantung juga bisa dilakukan oleh siapapun asal sudah mengetahui tekniknya. Salah seorang siswa yaitu Rosa selaku perwakilan PMR juga sangat senang mengikuti pelatihan ini karena bisa memberkan pemahaman yang luas dan lebih bisa dan berani dalam memberikan pertolongan terutama pada korban dengan tidak sdarkan diri dan henti jantung.
Diharapkan pemahaman tentang bantuan hidup dasar pada orang dengan henti jantung semakin luas dimengerti oleh masyarakat sehingga bisa menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh henti jantung. RSUD Ajibarang selama ini telah memberikan pelatihan ini BHD ini kepada anggota Banser wilayah Ajibarang, Pramuka dan seluruh karyawan baik medis maupun non medis dari penjaga parker dan petugas kantin sudah terpapar tentang BHD.
By goens”GN”