"One Person, One Innovation"  Sebuah Pola Leadership, Adakah yang salah?

"One Person, One Innovation" Sebuah Pola Leadership, Adakah yang salah?

 dr. Igun Winarno, Sp.An-TI.,FISQua

 

"One Person, One Innovation" Sebuah Pola Leadership, Adakah yang salah? Sebuah judul tulisan yang menggelitik. Ada sebuah kesan seolah dengan sebuah kebijakan ini terdapat penolakan ataupun anggapan sarkas. Mari kita ttinjau tentang pola leadership seperti ini.

Kita tinjau yang pertama tentang Inovasi. Inovasi kita definisikan sebagaai proses penciptaan, pengembangan, dan implementasi ide-ide baru yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan positif atau peningkatan dalam produk, layanan, proses, atau sistem.

Inovasi tidak hanya terbatas pada penemuan teknologi baru, tetapi juga mencakup pendekatan baru dalam menyelesaikan.

Penulis sempitkan dalam kancah rumah sakit, untuk mereka yang mempunyai inovasi tinggi, merupakan individu-individu yang bekerja dan secara aktif mencari cara-cara baru dan lebih baik untuk melakukan pekerjaan mereka. Mereka adalah para pemikir kreatif yang tidak puas dengan status quo dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Dalam konteks kepemimpinan (leadership) merupakan konsep yang menekankan pentingnya setiap individu dalam tim atau organisasi untuk berkontribusi dengan ide-ide inovatif.

Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menggerakkan dan mengadopsi prinsip ini untuk memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap pertumbuhan organisasi (sense of belonging) sebuah rasa memiliki dan keinginan untuk kemajuan bersama.

Tentunya seorang pemimpin (leader) mempunyai kewajiban untuk menumbuhkan inovasi yang tinggi bagi SDM yang ada agar organisasi bisa berjalan dan begerak dalam rel yang bisa memberikan margin yang positif, dalam kaitan ini adalah keselamatan dan kepuasan pasien yang tinggi. Pola kepemimpinan (leadership) ini meliputi beberapa hal penting:

a. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Kreativitas

Pemimpin harus memastikan adanya budaya organisasi yang terbuka untuk ide-ide baru, mendorong percakapan kreatif, serta mengurangi rasa takut akan kegagalan. Memberikan ruang bagi tim untuk berpikir di luar kebiasaan tanpa merasa dihakimi. Ini adalah kunci utama dalam memberikan ruang berpikir SDM yang kreatif.

b. Memberikan Motivasi dan Dorongan

Pemimpin perlu memotivasi anggota tim untuk terus berinovasi. Ini bisa dilakukan dengan memberikan pengakuan atas upaya kreatif, baik yang berhasil maupun yang belum. Penghargaan atas kegagalan yang produktif bisa menjadi motivator besar dalam proses inovasi. Penghargaan ini juga bisa menumbuhkan retensi SDM unggul di rumah sakit.

c. Menyediakan Sumber Daya yang Diperlukan

Inovasi memerlukan dukungan baik dalam hal finansial, teknologi, maupun waktu. Pemimpin harus memastikan tim memiliki akses terhadap sumber daya yang cukup untuk mengembangkan ide-ide baru.

d. Mendorong Kolaborasi dan Pembelajaran Terus-Menerus

Kolaborasi antar departemen dan individu dengan latar belakang berbeda sering kali menjadi sumber ide-ide inovatif. Pemimpin harus memfasilitasi interaksi ini dan mendorong pembelajaran berkelanjutan agar tim selalu mendapatkan informasi terbaru yang dapat meningkatkan inovasi.

e. Menjadi Contoh dalam Berinovasi

Pemimpin harus mempraktikkan inovasi dalam tindakan sehari-hari. Dengan menunjukkan inisiatif dan keberanian dalam mencoba hal-hal baru, pemimpin bisa menginspirasi tim untuk melakukan hal yang sama.

f. Menerapkan Sistem Evaluasi yang Fleksibel

Inovasi sering kali tidak sesuai dengan cara penilaian yang terlalu kaku. Pemimpin harus mampu menilai inovasi dengan cara yang mendukung eksperimen dan iterasi, bukan hanya keberhasilan instan.

g. Mengelola Risiko dengan Bijak

Inovasi selalu melibatkan risiko. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menilai dan mengelola risiko dengan bijak, memastikan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari sepenuhnya.

Melihat ini, One Person One Inovation, Sebuah Pola Leadership adakah yang salah? Tentunya bgai penulis, jawabannya adalah tidak. Tetapi ini justru adalah sebuah keharusan dalam pola kepemimpinan yang efektif. Tetapi yang perlu diingat, seorang pemimpin bukan hanya sekedar berinovasi dengan One Person One Inovation tetapi disertai dengankepemimpinan seperti tersebut diatas. Pola kepemimpinan yang efektif, motivatif, inspiratif, suportif dan aspiratif.

One Person One Inovation yang di inisiasi oleh Direktur RSUD Ajibarang, tentunya sebuah Inovasi yang semestinya diterima oleh seluruh SDM untuk selalu tumbuh dalam prioritas pelayanan terhadap pasien. Inovasi ini sebagai Motor Penggerak Perubahan di Rumah Sakit.

Setiap individu di rumah sakit, baik itu dokter, perawat, staf administrasi, atau siapa pun, memiliki potensi untuk menjadi inovator. Inovasi bukan hanya tentang penemuan teknologi canggih, tetapi juga tentang ide-ide kreatif yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan, efisiensi kerja, dan kepuasan pasien.

Mengapa Inovasi ini Penting di Rumah Sakit?, karena;

  1. Inovasi dapat menghasilkan metode perawatan yang lebih efektif, mengurangi waktu tunggu pasien, dan meningkatkan kepuasan pasien. Tentunya ini terkait dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan:
  2. Inovasi dapat memunculkan proses kerja yang lebih efisien, dapat menghemat waktu dan sumber daya, sehingga memungkinkan staf untuk fokus pada tugas yang lebih penting. Inilah untuk menumbuhkan margin postif di lingkungan rumah sakit efisiensi Kerja.
  3. Dunia kesehatan terus berkembang, inovasi membantu rumah sakit untuk tetap relevan dan mampu menghadapi tantangan baru. Untuk bisa bertahan maka perlu adaptasi terhadap perubahan. Inovasi juga akan meningkatkan branding rumah sakit dimata costumer.
  4. Lingkungan yang mendorong inovasi dapat meningkatkan semangat kerja dan kreativitas tim. Inilah pentingnya sebuah dorongan motivasi tim agar sebuah visi rumah sakit dapat tercapai lebih cepat dari target.

Apakah menumbuhkan one person one inovation itu salah? Menumbuhkan konsep "one person, one innovation" tentunya tidaklah salah tetapi sebuah kreatifitas pemimpin yang keren, yang perlu didukung. Namun inovasi pimpinan ini perlu dilakukan dengan pendekatan yang bijaksana agar efektif. Ide ini memiliki potensi untuk memperkuat budaya inovasi, di mana setiap individu didorong untuk memberikan kontribusi dalam bentuk ide atau solusi kreatif. Namun, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan agar strategi ini berhasil dan tidak menimbulkan beban yang tidak produktif:

Permasalahan yang bisa muncul diantaranya

a. Inovasi Menjadikan Beban yang Terlalu Berat

Jika tidak dikelola dengan baik, strategi ini bisa membuat individu merasa terbebani dengan target inovasi, terutama jika mereka tidak mendapatkan dukungan atau sumber daya yang memadai. Ini bisa menyebabkan stres atau frustrasi.

b. Pola Pikir Asal Aku ada, Kualitas versus Kuantitas

Memaksa setiap individu untuk selalu menghasilkan inovasi bisa menurunkan kualitas ide. Ada risiko bahwa orang akan mengajukan inovasi hanya untuk memenuhi tuntutan, bukan karena adanya ide yang substansial.

c. Tidak Semua Orang Nyaman dengan Inovasi

Tidak semua orang memiliki keterampilan atau kecenderungan alami untuk berinovasi. Mendorong semua orang untuk melakukan hal yang sama tanpa memperhatikan perbedaan gaya berpikir atau peran mereka dalam organisasi bisa menjadi kontraproduktif.

d. Manajemen, Implementasi dan Evaluasi

Meskipun banyak ide yang dihasilkan, kemampuan untuk menindaklanjuti dan mengimplementasikan inovasi juga harus ada. Jika tidak, ide-ide tersebut bisa saja berakhir sebagai ide yang tidak terealisasi. Sehingga bisa menumbuhkan ruang diskusi untuk membahas sebuah inovasi mengapa berhasil dan mengapa tidak berhasil. Sebuah evaluasi untuk mendukung setiap SDM yang berinovasi bisa mewujudkan inovasi yang berkualitas. Manajerial dukungan, penghargaan itu sangatlah diperlukan.

Solusi untuk Memaksimalkan "One Person, One Innovation", diantaranya;

a. Dukungan dan Pelatihan

Pemimpin harus memberikan dukungan berupa pelatihan, bimbingan, dan alat yang diperlukan untuk menumbuhkan keterampilan inovatif bagi setiap individu.

b. Sistem Penghargaan yang Proporsional

Mengapresiasi setiap ide tanpa menekankan bahwa semua ide harus diimplementasikan bisa menciptakan keseimbangan antara kreativitas dan ekspektasi.

c. Fleksibilitas dalam Penerapan

Pendekatan ini bisa lebih efektif jika diberlakukan secara fleksibel, di mana setiap orang didorong untuk berinovasi sesuai dengan kemampuan dan konteks kerja mereka, bukan sebagai keharusan yang kaku.

d. Pemantauan dan Evaluasi

Pemimpin juga mengedepankan proses tumbuhnya ide-ide inovasi, disamping ide yang muncul juga aplikasinya dan seberapa besar inovasi ini memberikan dampak yang positif bagi rumah sakit, sebuah return in investmen (ROI). Kondisi ini bisa juga dengan menumbuhkan ruang diskusi untuk membahas sebuah inovasi mengapa berhasil dan mengapa tidak berhasil. Sebuah evaluasi untuk mendukung setiap SDM yang berinovasi bisa mewujudkan inovasi yang berkualitas. Manajerial dukungan, penghargaan itu sangatlah diperlukan.

Masih ragu dengan One Person One Inovation?, mari katakan “TIDAK” dan ayo bergerak dengan mewujudkan sebuah inovasi yang berkualitas untuk meningkatkan keselamatan dan kepuasan pasien.

dr. Igun Winarno, SpAn-TI.,FISQua

Kepala Diklat dan PSDM RSUD Ajibarang

Related Posts

Komentar