Kenali Gejala dan Faktor Risiko Stroke
Oleh dr. Filliana Savitri dan dr. Prabaningrum Widyasmoro Sp. N
Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak, suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah. Akibatnya otak tidak mendapat pasokan darah yang membawa oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian sel atau jaringan.
Jenis stroke yang pertama adalah stroke iskemik (stroke sumbatan), terdapat beberapa macam stroke sumbatan, yang paling sering terjadi adalah stroke emboli dan stroke trombotik. Stroke emboli adalah stroke yang terjadi karna adanya bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam jantung atau pembuluh arteri besar yang terangkut menuju otak. Stroke trombotik adalah stroke yang terjadi karna bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam pembuluh arteri yang mensuplai darah ke otak.
Jenis stroke berikutnya adalah stroke hemoragik (stroke berdarah). ada 2 macam stroke hemoragik, yaitu perdarahan intraserebral, perdarahan intraserebral adalah jenis pendarahan yang sangat sering dikaitkan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Sedangkan stroke perdarahan subarachnoid adalah pecahnya pembuluh darah yang berdekatan dengan permukaan otak dan darah bocor diantara otak dan tulang tengkorak, biasanya terjadi karna pecahnya aneurisma.
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah: sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55- 64 tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun). Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk dan kecacatan;1,6% tidak berubah; 4,3% semakin memberat. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5%.
Di Indonesia, 80% masyarakat tidak mengetahui gejala penyakit stroke. Akibatnya masyarakat sering terlambat membawa penderita stroke berobat ke RS. Pada umumnya gejala timbul secara tiba-tiba seperti:
- Lengan, kaki atau keduanya mengalami kelemahan. Hal ini dapat menjadi kelumpuhan total dari satu sisi tubuh
- Wajah mengalami kelemahan dan salah satu sisi wajah sehingga mengalami kemiringan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengeluarkan air liur.
- Mengalami masalah pada keseimbangan, koordinasi, penglihatan, berbicara/ berkomunikasi, atau gangguan menelan
- Sakit kepala
- Kebingungan
- Penurunan kesadaran.
Bila didapati seseorang dengan gejala tersebut segera bawa ke RS untuk dilakukan penanganan segera oleh dokter dengan memberi pengobatan untuk mencegah terjadinya kerusakan otak yang semakin parah. Setelah selesai dengan pengobatan darurat, maka selanjutnya akan membutuhkan terapi untuk mendapatkan kembali kekuatan, memulihkan kembali fungsi tubuh dan kembali hidup secara mandiri. Dampak stroke tergantung pada daerah otak terserang dan jumlah jaringan yang rusak. Jika stroke mempengaruhi sisi kanan otak maka gerakan dan sensasi di sisi kiri tubuh mungkin akan terpengaruh, demikian sebaliknya.
Berdasarkan AHA Guideline tahun 2013, menerangkan bahwa faktor resiko stroke diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor yang dapat dimodifikasi yakni, hipertensi, merokok, alkohol dan lainnya dapat dikendalikan dengan merubah pola hidup atau life style pasien. Mengubah pola makan merupakan bentuk pencegahan terhadap faktor risiko stroke, batasi makanan asin, dan berlemak sehingga menurunkan risiko hipertensi. Olahraga yang teratur dapat menurunkan kolesterol, menjaga berat badan dan tekanan darah yang normal. Berhenti merokok karna rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. Hindari alkohol karna alkohol dapat membuat detak jantung menjadi tidak normal. Sedangkan faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak dapat diubah yakni usia, jenis kelamin.
Penting untuk kita mengetahui apa saja gejala dan faktor risiko stroke, sehinga dapat melaksanakan upaya pencegahan dan penanganan segera. Pola hidup sehat merupakan salah satu cara untuk pencegahan stroke. Jika mengalami gejala stroke seperti yang dipaparkan di atas, segera ke rumah sakit untuk memperoleh penanganan yang tepat. (Edited: CGE)
Referensi
- Persatuan Dokter Saraf Indonesia.Guideline stroke. Jakarta: PERDOSSI;2011. hlm.32-41.Rastas S. Verkkoniemi A., Polvikoski T.,
- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: PERDOSSI; 2013. hlm. 91-4.
- American Stroke Association. (2013). Retrieved 1 30, 2014, from American Heart Association: http://www.heart.org/idc/groups/stroke-public/@wcm/@hcm/documents/downloadable/ucm_309713.pdf
- Organisation WH. WHO: Stroke, Cerebrovascular accident. Stroke.2011.