Demam Berkepanjangan, Berbahayakah?
(Oleh dr. Laela Nurrochmah dan dr. Rakhmat Tajudin, SpPD)
Meningkatnya suhu tubuh terkadang menjadi hal yang tidak selalu disadari oleh seseorang yang mengalaminya. Terutama jika peningkatan suhu tubuh terjadi secara berulang dalam kurun waktu yang lama. Gejala yang lebih sering dikeluhkan pada dewasa yang mengalami demam lebih banyak berkaitan dengan badan pegal-pegal, sakit kepala, badan menggigil, lemas dan nafsu makan menurun. Selain itu, dapat juga ditemukan keluhan seperti badan terasa panas yang diikuti dengan mulut terasa kering hingga bibir pecah-pecah atau sariawan. Kebanyakan orang menganggap hal-hal tersebut adalah hal yang biasa terjadi ketika tubuh mulai kelelahan, kurang tidur atau telat makan, dan bukan merupakan hal yang serius untuk ditangani dengan baik.
Demam merupakan salah satu tanda awal yang dialami oleh tubuh ketika merespons suatu penyakit atau ketika tubuh mengalami infeksi. Tidak hanya itu, kelainan sistem metabolik dalam tubuh dan sebab-sebab lainnya juga dapat memberikan efek demam pada tubuh seseorang. Secara umum, analisis terhadap faktor penyebab demam adalah hal yang utama, untuk itu diperlukan perhatian khusus ketika seseorang mengalami demam.
Demam didefinisikan sebagai meningkatnya suhu tubuh melebihi suhu normal, yaitu suhu tubuh lebih dari 37,5°C (acuan nilai tertinggi suhu tubuh normal), atau dalam satu kali pengukuran suhu tubuh lebih dari 38,3 oC (101 oF) atau dalam tiga kali pengukuran didapatkan suhu tubuh 38 oC (100 oF). Suhu tubuh yang dimaksud adalah suhu visera, hati dan otak yang dapat diukur melalui axila (ketiak), rektal (anus), dan oral (mulut). Penggunaan termometer gun yang saat ini sering digunakan juga bisa dilakukan di dahi atau leher. Pengukuran suhu ini akan memberikan hasil yang berbeda sesuai dengan letak dilakukannya pengukuran dan jenis termometer yang digunakan. Pada anak-anak, hasil pengukuran suhu paling dekat dengan core temperatur adalah pengukuran melalui anus.
Periode dan waktu munculnya demam (tidak dalam konsumsi obat antipiretik) dapat digunakan untuk memperkirakan penyebab penyakit. Pada demam thypoid atau yang biasa kita sebut sebagai penyakit tipes, demam yang muncul akan dominan dan semakin tinggi pada sore atau malam hari. Sementara itu, demam dengan penyebab lain pun akan menunjukkan pola demam yang berbeda. Secara umum, hal ini bisa dijadikan praduga awal yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah demam yang muncul cukup serius atau tidak. Walaupun demikian, perbedaan jenis demam yang diinterpretasikan harus didukung oleh tanda dan gejala lainnya.
Penyebab demam secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu infeksi dan non infeksi. Penyebab infeksi antara lain bakteri (batuk TB), virus (demam berdarah), jamur dan parasit (toksoplasmosis). Sedangkan non infeksius dapat berasal dari penyakit-penyakit kanker ganas, autoimun, efek imunisasi, gangguan yang terjadi di sistem saraf pusat (otak) atau karena pengaruh lingkungan (daerah suhu tinggi seperti di gurun pasir).
Prolonged fever atau demam dalam jangka waktu lama merupakan kenaikan suhu tubuh lebih dari 37,5°C yang terjadi terus menerus hingga lebih dari 8-14 hari atau batas maksimal lebih dari 2 minggu. Kenaikan suhu tubuh ini terjadi dengan pola yang berbeda-beda. Sebagian besar demam terjadi secara kontinyu atau terus-menerus, sedangkan sebagian lain terjadi secara periodik, yaitu naik turun dalam waktu-waktu tertentu. Secara umum, demam dalam jangka waktu lama ini akan menimbulkan suhu yang tidak terlalu drastis kenaikannya. Prolonged fever ini dibagi dalam empat kelompok berdasarkan penyebabnya, yaitu yang disebabkan karena infeksi (20%-40%); malignancy atau keganasan (20%-30%); non infectious inflammatory disease atau peradangan yang bukan disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi seperti radang sendi, SLE, sarcoidosis (10%-30%); dan berbagai penyakit lain yang bisa diakibatkan karena pengaruh penggunaan obat, tiroiditis, penyakit-penyakit tromboembolik (10%-20%).
Dewasa ini sebenarnya cukup jarang ditemukan demam yang menetap hingga 8-14 hari. Penggunaan antipiretik yang bebas di pasar dan pemahaman masyarakat tentang tatalaksana awal demam cukup baik sehingga membantu regulasi suhu tubuh kembali normal (selama tidak ada penyebab yang serius). Paling lambat kurang lebih 3 hari, ketika demam masyarakat akan memilih untuk langsung periksa ke dokter terdekat sehingga penanganan dapat dilakukan lebih awal. Berlangsungnya demam dalam jangka waktu lama sebagian besar dikarenakan kurang mawas diri dan menganggap demam bukan merupakan penyakit yang serius. Penggunaan antipiretik dalam jangka panjang yang diteruskan tanpa anjuran dokter akan menyamarkan “apa yang sebenarnya terjadi” di dalam tubuh. Periode penyakit menginfeksi (penyebab infeksius) akan lebih lama hingga dorma atau menetap dalam tubuh yang akan mengakibatkan infeksi yang terjadi semakin meluas dan mengakibatkan kemungkinan terburuk seperti kematian. Setiap tanda dan gejala yang muncul akan dapat dikurangi dengan penggunaan beberapa obat-obatan symptomatis tetapi tidak menyelesaikan penyebab utama inilah yang perlu diperhatikan. Diperlukan pengecekan khusus laboratorium darah untuk memastikan lebih lanjut.
Untuk membantu menurunkan demam, diusahakan tidur atau istirahat dengan porsi yang lebih banyak agar metabolismenya menurun. Ketika proses metabolisme menurun, diharapkan suhu tubuh akan kembali normal. Selain itu, cukupi cairan dengan banyak minum atau makan buah-buahan yang kaya kandungan airnya agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat turun mendadak. Pengaturan ventilasi / regulasi aliran udara penting di daerah tropis, mudahnya dalam kamar atau ruangan seharusnya jendela terbuka dan tertutup dengan baik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Pada hipertermi, pendinginan permukaan kulit (surfacecooling) dapat membantu. Tindakan simtomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Jika upaya-upaya telah dilakukan tetapi tanda dan gejala masih berlajut bahkan memberat, segera hubungi dokter kepercayaan anda.
Referensi :
- Venkatesan A, Geocadin R. Diagnosis and Management of Acute Encephalitis: A Practical Approach Neurology: Clinical Practice. 2014;4(3):206-215.
- Messacar K, et.al. Encephalitis in US Children: HHS Public Access. Published in final edited form as: Infect Dis Clin North Am . 2018 March ; 32(1): 145–162. doi:10.1016/j.idc.2017.10.007
- Hasbun R, et.al. Epidemiology of Meningitis and Encephalitis in Infants and Children in the United States, 2011–2014: Original Studies. The Pediatric Infectious Disease Journal • Volume 38, Number 1, January 2019.
- Granerod, J. , et.al. Neuroimaging in Encephalitis: Analysis of Imaging Findings and Interobserver Agreement: Clinical Radiology. 2016.
- Bykowski J, et.al. Acute Pediatric Encephalitis Neuroimaging: Single-Institution Series as Part of The California Encephalitis Project: Pediatric Neurology 52.2015.606-614.
- Levis, P, et.al. Encephalitis: Pediatrics in Review. The online version of this article, along with updated information and services, is located on the world wide web at: http://pedsinreview.aappublications.org/cgi/content/full/26/10/353.2005;26;353-363