Mengenal Stroke dan Pencegahannya

Mengenal Stroke dan Pencegahannya

(Ditulis oleh dr. Prabaningrum Widyasmoro P, SpN)

Stroke merupakan penyebab kematian nomor 3 terbanyak di dunia di negara berkembang setelah penyakit jantung koroner dan kanker, dan penyebab kecacatan  nomor 1 di dunia. Data sporadis di rumah sakit Indonesia terlihat adanya kenaikan angka kejadian stroke yang seiring dengan gaya hidup yang berubah. Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan pengetahuan dalam upaya untuk memahami mekanisme yang mendasari semakin maju, dan dengan demikian menerapkan langkah-langkah pencegahan yang cocok dan berhasil dalam terapi. Modifikasi faktor risiko, dan langkah-langkah efektif pencegahan stroke harus ditingkatkan.

 Apa Itu STROKE?

Stroke merupakan gangguan fungsional otak, sumsum tulang belakang atau retina secara mendadak akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Ketika sebagian area otak mati, bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini merupakan keadaan darurat medis karena selo tak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan kemungkinan munculnya komplikasi.1

 Apakah Banyak yang Menderita STROKE?

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan keganasan, disamping sebagai penyebab kecacatan jangka panjang nomor satu di dunia. Sementara di Indonesia, stroke adalah pembunuh dan penyebab kecacatan nomor 1 dimana lebih dari 15% kematian di Indonesia disebabkan oleh stroke. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013, di Indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari 1000 penduduk menderita stroke. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dari 8,3/1000 penduduk (Riskesdas 2007) menjadi 12,1/100 penduduk (Riskesdas 2013). Pada usia ≥85 tahun, akan terjadi peningkatan resiko stroke, 10 kali setiap tahunnya dibandingkan umur 45-54 tahun.2

 Apa saja jenis STROKE?

Sebelumnya, kita juga harus mengenal jenis-jenis stroke berdasarkan mekanisme terjadinya sebagai berikut2,3:

  1. Stroke Iskemik.

Merupakan jenis stroke yang paling banyak terjadi, terjadi bila ada sumbatan pada pembuluh darah yang membawa darah ke otak. Kondisi medis yang dapat menyebabkan stroke iskemik ini antara lain.

a.       Aterosklerosis

Penyebab stroke yang paling popular yaitu melalui mekanisme aterosklerosis, dimana zat lemak yang disebut plak menumpuk di dinding bagian dalam pembuluh darah. Plak mengeras dan mempersempit rongga pembuluh darah, membatasi aliran darah ke jaringan dan organ (seperti jantung dan otak). Plak ini dapat retak atau pecah (lepas), kemudian sel keeping darah (trombosit) menempel ke lokasi cedera dan mengumpul bertumpuk-tumpuk untuk membentuk bekuan darah. Gumpalan ini dapat menyumbat pembuluh darah sebagian atau seluruhnya.

 

Gambar 1. Aterosklerosis Penyebab Stroke Iskemik

b. Emboli

Stroke embolik juga dapat terjadi jika gumpalan darah atau sepotong plak terlepas dari dinding pembuluh darah. Bekuan darah atau plak yang lepas ini dapat melakukan perjalanan melalui aliran darah dan terjebak di salah satu pembuluh darah otak. Terjadilah sumbatan aliran darah yang menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Penyakit jantung dan kelainan darah juga bisa menyebabkan penggumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke iskemik atau TIA. Misalnya, fibrilasi atrium dimana jantung berdetak tidak beraturan sehingga plak yang sudah ada terlepas.

 

Gambar 2. Stroke Iskemik

 

  1. Stroke Hemoragik.

Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan perdarahan otak, sehingga terjadi kondisi yang lebih serius. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke hemoragik. Perdarahan menyebabkan pembengkakan otak dan peningkatan tekanan dalam tengkorak. Pembengkakan dan tekanan ini menimbulkan kerusakan sel-sel otak dan jaringan sekitar. Contoh kondisi yang dapat menyebabkan stroke hemoragik mencakup tekanan darah tinggi.

 

Gambar 3. Stroke Hemoragik

 

Bagaimana Tanda dan Gejala STROKE?

Gejala stroke tergantung dari lokasi kerusakannya. Otak itu seperti peta. Gejala yang timbul tergantung dari area yang terkena. Misalnya kerusakan otak sebelah kiri menyebabkan kelumpuhan bagian tubuh kanan, mulut mencong, suara pelo atau cadel, gangguan berbahasa, dan semua terjadi secara mendadak. Bila kerusakan terjadi pada otak kanan maka gejala yang timbul adalah kelumpuhan tubuh bagian kiri. Pasien bahkan bisa tidak sadarkan diri secara mendadak bila kerusakan otak terjadi di daerah batang otak. Pada perdarahan otak, pada sekitar 60% pasien, gejala berkembang bertahap dalam beberapa jam. Nyeri kepala terdapat pada kurang lebih 40% pasien perdarahan otak. Penurunan kesadaran dan  muntah terjadi pada 50% pasien terutama dengan perdarahan otak kecil yang luas. Kejang terjadi pada 10%  pasien, paling sering pada perdarahan otak besar. Gejala lain tergantung pada daerah yang terkena.4,5

Namun untuk secara garis besar, gejala stroke lebih dapat dikenali dengan istilah MUKIDI:

  • Muka perot
  • Ucapan tidak jelas
  • Kekuatan otot melemah
  • Ingatan terganggu
  • Disorientasi atau bingung mendadak
  • Ingat segera bawa ke Rumah Sakit

 

 

Siapa yang Lebih Berisiko Terkena STROKE?

Memang stroke bisa menyerang siapa saja, namun ada kelompok umur tertentu, kondisi medis tertentu dan kebiasaan pola hidup sehari-hari yang kurang sehat dapat menempatkan seseorang untuk lebih mungkin terkena stroke dibanding yang lain. Inilah yang kita sebut sebagai faktor risiko penyebab stroke. Faktor risiko stroke menurut guidelines for the primary prevention of stroke yang dikeluarkan oleh ASA (American Stroke Assosiation), yaitu4,5,6 :

  • Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
  1. Usia

Stroke dikenal sebagai penyakit yang sering terjadi pada lansia. Dengan bertambahnya usia, risiko meningkat 2 kali lipat setiap dekadenya setelah usia 55 tahun.

  1. Jenis kelamin

Stroke iskemik dan stroke perdarahan lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita, namun perkecualian pada usia 35-44 tahun dan usia >85 tahun, hasil dari suatu penelitian, ditemukan rata – rata kejadian stroke lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria.

  1. Ras

Pasien dengan ras kulit hitam memiliki angka insidensi stroke lebih tinggi dan angka kematian stroke lebih tinggi dibandingkan ras kulit putih.

  1. Faktor genetik

Adanya riwayat keluarga stroke akan meningkatkan risiko stroke 30%. Peningkatan risiko stroke pada pasien dengan riwayat keluarga yang positif stroke dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme, yaitu sifat genetic factor risiko stroke yang diturunkan; sifat genetic kerentanan terhadap factor risiko yang diturunkan; factor gaya hidup, budaya dan lingkungan yang ada dalam keluarga; interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan.

  • Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
  1. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko terpenting untuk semua tipe stroke, baik stroke perdarahan maupun stroke infark. Walaupun tidak ada nilai pasti korelasi antara peningkatan tekanan darah dengan risiko stroke, diperkirakan risiko stroke meningkat 1,6 kali setiap peningkatan 10 mmHg tekanan darah sistolik, dan sekitar 50 % kejadian stroke dapat dicegah dengan pengendalian tekanan darah.

  1. Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah masalah endokrinologi yang menonjol dalam pelayanan kesehatan dan juga sudah terbukti sebagai factor risiko stroke dengan peningkatan risiko relatif pada stroke iskemik 1,6 sampai 8 kali dan pada stroke perdarahan 1,02 hingga 1,67 kali.

  1. Dislipidemia

Kolesterol darah harus diperiksa secara teratur. Penderita dengan kolesterol darah tinggi (LDL > 150 mg/dl) memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita stroke.

  1. Obesitas dan distribusi lemak tubuh

Obesitas memiliki factor risiko yang lebih kuat dibanding BMI dan memiliki dampak yang lebihberbahaya pada orang yang lebih muda. Prevensi obesitas dan reduksi berat badan memerlukan penanganan kuat dalam program prevensi stroke.

  1. Merokok

Merokok dapat meningkatkan terjadinya risiko stroke iskemik dan stroke perdarahan. Studi epidemiologi menunjukkan adanya penurunan kejadian stroke dengan penghentian merokok. Qureshi et al.  meneliti efek merokok di antara suami terhadap risiko berkembangnya stroke dan stroke iskemik di antara sampel wanita yang representatif secara nasional. Selama rerata follow up 8,5 tahun, risiko secara signifikan meningkat untuk semua tipe stroke dan stroke iskemik di antara wanita perokok dengan suami yang perokok dibandingkan dengan mereka dengan suami yang bukan perokok setelah menyesuaikan dengan factor kardiovaskuler semua.

 

Bagaimana Pengobatan dan Pencegahan STROKE?

Pengobatan stroke tergantung kepada kondisi yang dialami pasien. Dokter dapat memberikan obat-obatan atau melakukan operasi. Sedangkan untuk memulihkan kondisi, pasien akan dianjurkan menjalani fisioterapi, dan diikuti terapi psikologis apabila diperlukan.

Pencegahan stroke meliputi pencegahan primer dan sekunder, yang meliputi6:

  • Pencegahan Primer

Upaya pencegahan (yang sangat dianjurkan) sebelum terkena stroke, dapat dilakukan antara lain dengan:

  1. Hentikan kebiasaan merokok
  2. Jaga Berat badan ideal: BMI < 25 kg/m2, Lingkar pinggang <90 cm (pria) & <80 cm (wanita)
  3. Makan makanan sehat: Rendah lemak jenuh &kolesterol, Menambah asupan kalium, mengurangi natrium, Banyak buah-buahan & sayur-sayuran
  4. Kadar lemak (kolesterol) <200 mg%, LDL (kolesterol jahat) < 100 mg% 
  5. Kadar gula darah puasa < 125 mg/dl
  6. Tekanan darah dipertahankan 120/80 mmHg
  7. Olah raga yang cukup & teratur. Aktivitas fisik yang punya nilai aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang, dll) secara teratur minimal 30 menit, minimal 3x per minggu

  • Pencegahan Sekunder

Upaya pencegahan agar tidak terkena stroke berulang. Caranya antara lain:

  1. Mengendalikan faktor risiko yang telah ada (seperti mengontrol tekanan darah, kadar kolesterol, gula darah, asam urat).
  2. Mengubah gaya hidup (Hindari merokok dan mengonsumsi minuman keras).
  3. Minum obat sesuai anjuran dokter secara teratur
  4. Kontrol ke dokter secara teratur.
  5. Menerapkan pola makan yang sehat.
  6. Berolahraga secara rutin.

Sangat penting bagi pasien yang sudah pernah terkena stroke untuk mengatur pola hidup sehat. Hal ini untuk mencegah supaya stroke tidak berulang kembali.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Connors B, Culebras A, et al. An Updated Definition of Stroke for the 21st Century. Stroke. 2013;44:2064-89.
  2. Kaur H, Prakash A, Medhi B. Drug Therapy in Stroke: From Preclinical to Clinical Studies. Pharmacology. 2013;92(5-6):324-34.
  3. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor's Principles of Neurology. New York: Mc Graw Hill; 2014.
  4. PERDOSSI Ps. Guideline stroke tahun 2011. Jakarta: PERDOSSI; 2011.
  5. Deb P, Sharma S, Hassan K. Pathophysiologic mechanisms of acute ischemic stroke: an overview with emphasis on therapeutic significance beyond thrombolysis. Pathophysiology. 2010;17(3):197-218.
  6. Zorowitz, R. D., Gross, E., &Polinski, D. M. (2002). The stroke survivor. Disability & Rehabilitation, 24(13), 666-679.

Gambar cover diambil dari sini.

Related Posts

Komentar