Training persiapan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) "Goes To School" SMA N 1 Bumiayu
Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakt tidak hanya berkisar pada pengobatan dan perawatan pasien sakit saja, tetapi juga memberikan pelayanan promotif dan preventif kepada masyarakat. Salah satu fungsi kegiatan promotif yang dilakukan oleh RSUD Ajibarang dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. RSUD Ajibarang juga menerima permohonan sebagai pemberi pengisian materi-materi kesehatan dari masyarakat, salah satunya dari sekolah-sekolah SMA. SMA N 1 Bumiayu dalam hal ini adalah organisasi PMR telah mengajukan permohonan kepada RSUD Ajibarang untuk memberikan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk 74 anggotanya. Pelatihan BHD ini akan diampu oleh Tim BHD RSUD Ajibarang dimana merupakan bagian dari Instalasi Diklat dan PSDM RSUD Ajibarang. Mengingat besarnya siswa yang akan mendapatkan pelatihan BHD yang insyaallah akan dilaksanakan pada pekan akhir November atau awal bulan Desember ini, maka Tim BHD perlu untuk memberikan TOT terlebih dahulu kepada kader-kader perwakilan PMR SMA tersebut sebanyak 5 anggota yang diketuai oleh Sdr. Syafiqurrofi H. D. P.. Yang nanti diharapkan kader-kader ini dapat membantu Tim BHD pada saat pelaksaan pelatihan.
Pelatihan kader PMR ini diawali dengan sambutan Ka. Instalasi Diklat dan PSDM, dr. Igun Winarno, Sp.An, selain sebagai Ka. Instalasi Diklat dan PSDM, beliau juga sebagai Ka. Instalasi Anestesiologi dan Terapi intensif dan pemberi pelayanan anestesi sehingga sudah terbiasa dengan bantuan hidup dasar (BHD) bahkan sampai level advance. Dalam sambutannya beliau mengingatkan pentingnya meluruskan niat dalam menimba ilmu sebagai bagian amal ibadah tabungan untuk hari akhirat kelak, termasuk dalam pelatihan BHD ini, maka perlu belajar, dan belajar lagi bagaimana memberikan pertolongan BHD pada korban-korban dengan henti jantung dan henti nafas dengan benar dan tepat. Setelah sambutan oleh dr. Igun, maka dilanjutkan pemberian materi oleh Kalifah Mahardika, S.Kep.,Ns., sebelum memberikan materi tentang BHD, beliau menggali terlebih dahulu pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki para siswa berkenaan BHD berikut anatomi dan fisiologi sistem pernafasan dan sistem peredaran darah jantung. Dari hasil penggalian ini didapatkan bahwa para siswa sudah cukup memahaminya didapatkan dari materi pelajaran sekolah dan materi-materi pelatihan sebelumnya.
Kemudian masuklah pada materi pelatihan BHD, beliau menyampaikan bahwa bantuan hidup dasar hanya diberikan pada korban dengan henti jantung dan henti nafas. Sebagaimana diketahui bahwa henti jantung merupakan penyebab kematian utama pada korban, ± 400.000 orang meninggal karena henti jantung di Amerika setiap tahunnya, sedangkan di Eropa ± 700.000 orang. Di Indonesia henti jantung merupakan pembunuh nomor 1. Oleh karena itu betapa pentinggnya masyarakat mengetahui BHD ini dalam upaya untuk menyelamatkan korban dengan henti jantung dan henti nafas. Materi BHD ini didasarkan pada Guideline AHA (American Heart Association) Th 2015, dimana Guideline ini selalu diupdate setiap 5 tahun sekali. Disitu disebutkan tentang Chain Of Survival (Rantai Penyelamatan) pada korban henti jantung di luar rumah sakit, Out Hospital Chain of Survival (OHCA). Rantai penyelamatan ini berisi : Pengenalan dini tentang henti jantung, Aktivasi emergency respon system (penolong lanjut (IGD RS)), Segera lakukan CPR/RJP (Cardiopulmonary Resuscitation/Resusitasi Jantung Paru), Segera lakukan defibrilasi (Kejut Jantung), Pertolongan lanjut oleh tim gerak cepat RS, Bantuan hidup lanjut di RS (ICU/ICCU). Dalam pelaksaan pengenalan dini, aktivasi dan CPR segera dikenal istilah DRCAB (Danger, Respon, Chest Compression, Airway, Breathing). Danger adalah upaya untuk menghilangkan sumber bahaya (memastikan keamanan) baik bahaya bagi korban, penolong, maupun lingkungan, jangan sampai penolong menjadi korban berikutnya, misal adanya aliran listrik yang berbahaya bagi korban dan penolong, maka ini harus disingkirkan terlebuh dahulu. Respon adalah upaya untuk mengecek repon korban, apakah korban hanya tidur, pingsan, atau benar-benar henti jantung, dalam cek respon ini dilakukan dengan cara menepuk bahu korban dan memanggil-manggilnya dengan keras, dan melakukan cek nadi dan nafas secara simultan. Dalam pelatihan ini peserta diajari bagaimana cara melakukan cek nadi karotis dan cek nafas dengan benar.
Setelah peserta diajarkan bagaimana cara memastikan bahwa korban benar-benar henti jantung dan henti nafas, peserta diajarkan bagaimana cara mengaktivasi emergency response system (cari pertolongan ke Tim yang lebih ahli), peserta diminta mengidentifikasi Tim Pertolongan Lanjutan manakah yang paling dekat dengan sekolahannya, maka didapatkan pada IGD RSUD Bumiayu, sehingga peserta nanti diharapkan mempunyai kontak telepon IGD tersebut, sehingga mudah mengakitivasi jika ada korban henti jantung dan henti nafas. Setelah dipastikan korban mengalami henti jantung dan minta pertolongan, maka tindakan yang harus segera dilakukan adalah melakukan CPR/RJP. Dalam melakukan CPR/RJP yang harus diperhatikan adalah posisinya : posisi tumpuan tangan yang paling kuat saling mengait berada di tengah-tengah dinding dada (diantara 2 puting susu pada laki-laki), posisi tangan tegak lurus 90o terhadap dinding dada, posisi kaki berlutut dengan bukaan lutut selebar bahu, dan tidak boleh menekan menggunakan kekuatan tangan, tetapi menggunakan kekuatan tubuh menekan naik turun dengan pinggul dijadikan poros dalam melakukan kompresi dada.
Dalam melakukan CPR/RJP saat melakukan kompresi dada, ada hal-hal yang wajib diperhatikan yang dinamakan High Quality CPR/CPR Berkualitas Tinggi. Cara High Quality CPR adalah sebagai berikut :
- Kecepatan kompresi 100-120 kali/menit
- Perbandingan Kompresi dengan Ventilasi, 30 : 2
- Kedalaman kompresi 5-6 cm
- Biarkan dada mengembang sempurna (recoil)
- Minimalkan interupsi/gangguan selama kompresi.
- Hindari ventilasi yang berlebihan
Untuk memperoleh kecepatan kompresi yang konstan perlu dibantu aplikasi pada smartphone berupa metronom pulse yang dapat didownload di Playstore secara gratis. Sedangkan untuk penolong awam yang tidak terdapat alat bantuan nafas, maka dapat hanya dilakukan kompresi dada saja tanpa bantuan nafas, yang dikenal dengan istilah Hands Only CPR. Untuk mencegah kelelahan penolong dalam melakukan CPR maka tiap 2 menit dilakukan pergantian penolong dalam melakukan CPR. Pelaksanaan CPR bagi orang awam dapat dihentikan jika : sudah datang petugas yang lebih ahli, penolong kelelahan setelah melakukan CPR selama min. 40 menit, sudah ada tanda-tanda kehidupan seperti korban batuk, mata berkedip, jari bergerak-gerak, atau teraba nadi dan ada nafas, CPR dapat pula dihentikan jika sudah ada tanda-tanda pasti kematian. Dan untuk dapat melakukan High Quality CPR yang benar-benar berkualitas tinggi perlu dilakukan praktek yang terus-menerus.
Agar peserta pelatihan benar-benar dapat menerapkan High Quality CPR dengan baik, peserta juga diberikan kesempatan praktek melakukan CPR pada manekin CPR yang disediakan oleh RSUD Ajibarang. Dalam praktek CPR ini yang memberikan materi adalah H. Mukhlas Adiyanto, AMK, seorang penata anestesi yang telah bersertifikat ACLS. Beliau mencontohkan cara melakukan CPR dengan baik mulai dari mengamankan diri, korban dan lingkungan (menghilangkan Danger) sampai cara melakukan posisi mantap pada pasien yang tertolong, kemudian diikuti peserta mempraktekkannya satu persatu dan dalam tim. Dari praktek yang dilakukan oleh peserta, oleh H. Mukhlas peserta sudah dipandang mampu untuk melakukan CPR dengan baik, dan mampu untuk membantu pelaksanaan pelatihan BHD nantinya. Selain mendapatkan materi dan praktek cara melakukan CPR, peserta juga diberikan bekal materi dan praktek bagaimana cara melakukan pertolongan pada korban dengan sumbatan jalan nafas total seperti tersedak dengan cara melakukan Hemlich Manuever. Materi dan praktek penanganan korban tersedak ini juga sangat penting, karena masih sering kita dapati dalam berita baik media cetak, media internet maupun sosial media adanya korban-korban yang meninggal karena tersedak, biasanya tersedak bakso. Dengan materi ini peserta dapat melakukan penanganan segera ketika menemui korban yang tersedak.
Dengan berakhirnya pemberian materi dan praktek tentang CPR dan Hemlich Manuever ini berakhir pula pembekalan materi dan praktek untuk kader-kader PMR dari SMA N 1 Bumiayu, mereka diharapkan mampu menjadi pioner dan membantu pelaksanaan pelatihan BHD yang akan dilaksanakan di SMA N 1 Bumiayu oleh Instalasi Diklat dan PSDM RSUD Aibarang. Teriring do’a semoga pelatihan tersebut nanti dapat berjalan dengan lancar dan sebagai tabungan amal jariyah berupa ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
By Kalifah Mahardika, S.Kep.,Ns.