
Ilmu dan Amal dalam Perspektif Islam (Keseimbangan Dunia dan Akhirat)
Ilmu dan amal memiliki hubungan yang erat dalam pandangan Islam. Berbeda dengan tradisi keilmuan Barat yang cenderung sekuler, Islam memandang ilmu sebagai sarana untuk mengenal Allah dan memperbaiki hubungan manusia dengan dunia dan akhirat. Dasar dari pendekatan ini dapat ditemukan dalam Al-Quran dan Hadist, yang menekankan pentingnya ilmu sebagai landasan amal. Artikel ini akan menguraikan hubungan ilmu dan amal, jenis-jenis amal, serta bagaimana Islam mengintegrasikan keduanya dalam keseharian.
Pentingnya Ilmu dalam Islam
Islam menjadikan ilmu sebagai dasar segala aktivitas, termasuk ibadah dan muamalah. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Hadist Rasulullah SAW juga mempertegas pentingnya ilmu:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Ilmu tidak hanya berfungsi untuk memahami dunia, tetapi juga sebagai petunjuk untuk beramal dengan benar. Sebagaimana disampaikan oleh Gus Manto Apt, amal tanpa ilmu dapat menyesatkan, sementara ilmu tanpa amal menjadi sia-sia.
Ilmu yang dianjurkan dalam Islam
Dalam Islam, ilmu yang dianjurkan adalah ilmu yang dilandasi tauhid, yaitu ilmu yang membawa manusia semakin dekat kepada Allah SWT, baik ilmu agama (syar'iyyah) maupun ilmu duniawi (kauniyyah). Segala sesuatu yang dilakukan karena Allah, dengan tujuan utama untuk mendapatkan rida-Nya dan memberikan manfaat kepada umat manusia.
Berikut penjelasan tentang jenis ilmu, dasarnya dalam Al-Qur'an dan Hadis:
- Ilmu yang Dilandasi Tauhid
Ilmu yang dilandasi tauhid adalah ilmu yang selalu mengakui keesaan Allah (tauhid) sebagai pusat dari segala aktivitas belajar dan beramal. Setiap ilmu yang dipelajari bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan ketaatan, dan mendukung kemaslahatan umat. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa menuntut ilmu untuk mencari rida Allah, maka ia akan berada di jalan Allah hingga ia kembali." (HR. Tirmidzi)
Allah juga memerintahkan manusia untuk mempelajari ilmu yang mengingatkan mereka akan keagungan-Nya. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman;
“Hanya orang-orang yang berilmu di antara hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah.” (QS. Fathir: 28)
Ilmu ini mencakup:
- Ilmu agama (syar'iyyah): Seperti akidah, fikih, tafsir, hadis, dan akhlak.
- Ilmu duniawi (kauniyyah): Seperti kedokteran, teknik, astronomi, dan ilmu lainnya, yang ditekankan penggunaannya untuk kemaslahatan manusia dan tidak bertentangan dengan syariat.
- Ilmu yang Bermanfaat
Islam menganjurkan untuk mempelajari ilmu yang membawa manfaat kepada diri sendiri dan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad, Thabrani)
Doa Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya mempelajari ilmu yang bermanfaat, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima." (HR. Ibnu Majah)
Manfaat ilmu yang dimaksud adalah manfaat yang bersifat dunia dan akhirat. Misalnya:
- Ilmu agama untuk memahami cara beribadah dan bermuamalah sesuai syariat.
- Ilmu kedokteran untuk menyelamatkan nyawa manusia.
- Ilmu pendidikan untuk mencerdaskan umat dan membangun peradaban yang diridai Allah.
- Ilmu yang Dilandasi Niat Ikhlas
Dalam Islam, ilmu yang dipelajari harus dilandasi niat ikhlas karena Allah SWT, bukan untuk kesombongan, kedudukan, atau kepentingan dunia semata. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya hanya untuk mencari rida Allah, tetapi dia menuntutnya demi dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Ikhlas dalam menuntut ilmu berarti mempelajarinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, mendidik diri sendiri, dan menyebarkan kebaikan.
Dasar dari Al-Qur'an
Perintah untuk Menuntut Ilmu “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-‘Alaq: 1)
Ayat ini menunjukkan bahwa proses belajar (membaca dan memahami) harus dimulai dengan kesadaran akan Allah sebagai Sang Pencipta.
Keutamaan Orang Berilmu, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ini menegaskan bahwa Allah memuliakan orang-orang yang memiliki ilmu dan iman. Islam menganjurkan untuk mempelajari ilmu yang: Dilandasi tauhid dan mendekatkan diri kepada Allah, Membawa manfaat kepada diri sendiri, masyarakat, dan umat, Ikhlas diniatkan untuk rida Allah, bukan untuk kebanggaan duniawi. Dengan memadukan ilmu agama dan duniawi, seorang Muslim mampu menjalani hidup secara holistik membangun dunia dengan visi akhirat.
Islam mengajarkan keseimbangan antara menuntut ilmu dan mengamalkannya. Rasulullah SAW memberikan perumpamaan:
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa seperti hujan lebat yang menyirami bumi. Ada bagian tanah yang subur, menyerap air, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan. Ada pula tanah tandus yang menahan air sehingga bermanfaat bagi manusia untuk minum, mengairi, dan bercocok tanam. Namun, ada pula tanah yang tidak subur, tidak bisa menahan air dan tidak menumbuhkan apa-apa. Itulah perumpamaan orang yang menerima ilmu agama, lalu mengambil manfaatnya, serta perumpamaan orang yang tidak peduli dengan ilmu tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa ilmu harus dipelajari, diamalkan, dan disebarkan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Perlu diingat bahwa tanpa ilmu, amal dapat dilakukan dengan cara yang salah, bahkan bisa membawa dosa. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya tertolak." (HR. Ibnu Majah)
Sebagai catatan!!
Dalam Al Quran surat Al-Fatihah, ayat 6 dan 7, “Tunjukilah kami jalan yang lurus” dan “(Yaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Ayat ini mengajarkan hubungan mendalam antara ilmu, petunjuk (hidayah), dan perjalanan menuju kebenaran.
- Ilmu Sebagai Jalan Menuju "Shirathal Mustaqim"
Permohonan untuk ditunjukkan jalan yang lurus dalam ayat 6 menegaskan bahwa manusia membutuhkan petunjuk dan ilmu untuk menjalani kehidupan yang benar. Dalam konteks ini, ilmu adalah alat yang menerangi jalan kita agar tidak tersesat:
Ilmu agama menunjukkan kita cara beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu duniawi membantu kita menjalani kehidupan secara bermanfaat dan memberi dampak positif pada orang lain.
Allah tidak hanya memberi petunjuk langsung (hidayah) tetapi juga memerintahkan manusia untuk mencari ilmu agar dapat memahami petunjuk-Nya. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
- Mencontoh Orang-Orang yang Berilmu dan Diberi Nikmat
Ayat 7 menjelaskan bahwa "jalan yang lurus" adalah jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu mereka yang memiliki ilmu dan mengamalkannya dengan benar. Mereka adalah, para nabi, ulama, orang-orang saleh, dan mereka yang konsisten dalam menegakkan kebenaran.
Sebaliknya, ayat ini juga memperingatkan agar tidak mengikuti jalan:
- Orang yang dimurkai, mereka yang memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya, seperti yang disematkan kepada kaum Yahudi.
- Orang yang sesat, mereka yang beramal tanpa ilmu, seperti kaum Nasrani.
Kedua kelompok ini menjadi contoh bahwa ilmu tanpa amal, atau amal tanpa ilmu, dapat menyesatkan dari jalan Allah.
- Ilmu yang Dilandasi Hidayah Allah
Surah Al-Fatihah menegaskan bahwa petunjuk ke jalan yang lurus hanya dapat diraih melalui hidayah Allah. Hidayah ini tidak hanya berupa bimbingan spiritual, tetapi juga kemampuan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat dan membedakan mana yang hak dan batil.
Allah SWT berfirman: “…Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
Dengan ilmu yang benar, seseorang akan berjalan di atas shirathal mustaqim dengan penuh keyakinan. Surah Al-Fatihah ayat 6 dan 7 menunjukkan bahwa ilmu adalah kunci untuk menemukan dan menjaga jalan yang lurus. Ilmu tanpa hidayah Allah bisa membawa kesesatan, dan amal tanpa ilmu bisa menjauhkan dari rida-Nya. Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya memohon petunjuk (hidayah) kepada Allah, mencari ilmu yang bermanfaat, dan mengamalkannya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Lalu bagaimana cara mengamalkan ilmu. Ini adalah sesuatu hal yang menarik, tetapi Islam sudah menentukan standar prosedurnya. Segala amal, termasuk pengamalan ilmu, harus dimulai dengan niat yang ikhlas. Niatkan bahwa ilmu yang Anda amalkan semata-mata untuk mencari rida Allah, bukan untuk kebanggaan atau tujuan duniawi. Rasulullah SAW bersabda:"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Contoh: Jika Anda mengajarkan ilmu kepada orang lain, niatkan untuk membantu mereka mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk pamer kepintaran. Bila mau bekerja di rumah sakit niatkanlah ingin membantu permasalahan orang yang sakit karena Allah SWT.
“Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.”
Artinya: “Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.”
Keutamaan Membaca Doa Ini, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang ketika keluar dari rumahnya membaca: 'Bismillah, tawakkaltu 'alallah, wa laa hawla wa laa quwwata illa billaah,' maka dikatakan kepadanya: 'Engkau telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.' Kemudian setan menjauhinya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan An-Nasa’i)
Doa ini mengajarkan kita untuk:
- Memulai sesuatu dengan menyebut nama Allah (Bismillah) agar setiap langkah mendapatkan keberkahan.
- Bertawakal kepada Allah (tawakaltu 'alallahi) sebagai wujud penyerahan diri sepenuhnya atas segala urusan.
- Mengakui kelemahan diri (laa hawla wa laa quwwata illa billaah), karena segala kekuatan hanya milik Allah.
Dalam Islam, amal berarti segala bentuk perbuatan, tindakan, atau usaha yang dilakukan oleh seseorang, baik yang bersifat lahiriah (tampak) maupun batiniah (tidak tampak). Kata "amal" sering dikaitkan dengan perbuatan yang memiliki nilai ibadah dan kebaikan, baik untuk kepentingan dunia maupun akhirat.
Jenis-Jenis Amal
Islam membagi amal menjadi tiga kategori berdasarkan niat dan manfaatnya:
Amal Sholeh
Amal sholeh adalah amal yang dikerjakan semata-mata karena Allah, memiliki manfaat dunia dan akhirat, serta berpahala. Contohnya adalah shalat, zakat, dan sedekah dengan niat tulus karena Allah SWT.
Amal Biasa
Amal ini merujuk pada perbuatan baik yang dilakukan tanpa niat karena Allah, sehingga manfaatnya hanya terbatas di dunia. Misalnya, membantu orang lain dengan niat mendapatkan penghargaan sosial.
Amal Salah
Ini adalah perbuatan buruk yang mendatangkan dosa, seperti berbohong, mencuri, atau tindakan merugikan lainnya.
Dimensi Amal dalam Islam
Dalam Islam, semua aktivitas duniawi dapat menjadi ladang pahala jika dilakukan dengan niat karena Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya seseorang akan mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan pengaruhnya, amal juga dibagi menjadi dua jenis:
Amal Qooshir
Amal yang manfaatnya hanya berdampak pada individu, seperti sholat, membaca Al-Quran, i’tikaf, dan dzikir.
Amal Muta'adiyah
Amal yang manfaatnya lebih luas dan berdampak pada orang lain, seperti zakat, wakaf, mengajar, dan membantu sesama. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa amal yang memberikan manfaat bagi orang banyak lebih utama.
Seperti tadi telah disebutkan, beramal itu juga harus didasari dengan ilmu.
Membantu dan menolong orang lain menyelesaikan masalah adalah perbuatan yang sangat mulia dan memiliki banyak keutamaan, baik dari sudut pandang agama, sosial, maupun kemanusiaan.
Ingatlah!!
Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang berjalan untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, maka itu lebih baik baginya daripada i'tikaf selama sebulan di masjidku." (HR. Thabrani dan Hakim)
Hadis ini menunjukkan betapa besar keutamaan membantu orang lain dalam Islam, bahkan dibandingkan dengan ibadah yang sangat mulia seperti i'tikaf di Masjid Nabawi selama sebulan. Membantu menyelesaikan permasalahan orang lain dianggap sebagai amal sosial yang memiliki dampak luas dan mampu memberikan manfaat kepada orang lain, sehingga memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.
Selain itu, terdapat hadis lain yang senada: "Barang siapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesulitannya di akhirat." (HR. Muslim)
Pesan dari hadis-hadis ini adalah bahwa Islam sangat menganjurkan untuk membantu sesama, terutama dalam menyelesaikan masalah dan meringankan beban mereka. Amal seperti ini bukan hanya bentuk ibadah, tetapi juga cara untuk mempererat ukhuwah dan menciptakan keberkahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Keterkaitan kita sebagai tenaga kesehatan di RSUD Ajibarang, hendaklah setiap ada orang yang kesusahan di rumah sakit, niatkanlah dengan ikhlas karena Allah SWT untuk membantu orang lain sampai tuntas, misalnya bertanya tentang ruang, ya lakukanlah dengan gembira tersenyum, mengucapkan salam dan bangun kehangatan dengan salaman, antarkan sampai ruangan yang dituju atau terdekat.
Berikut beberapa keutamaan dari perbuatan amaliyah ini:
- Pahala dan Ridha Allah SWT
Dalam Islam, membantu sesama adalah salah satu amal yang sangat dicintai Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa meringankan kesulitan seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesulitannya di akhirat." (HR. Muslim)
Menolong orang lain juga mendatangkan pahala yang besar, bahkan bisa menjadi bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah.
- Menumbuhkan Rasa Empati dan Kasih Sayang
Ketika kita membantu orang lain, kita belajar untuk memahami perasaan mereka. Hal ini memperkuat ikatan sosial dan membuat lingkungan menjadi lebih harmonis. Dalam masyarakat yang saling peduli, kehidupan menjadi lebih nyaman dan tenteram.
- Ketenangan Hati dan Kebahagiaan
Menolong orang lain tidak hanya bermanfaat bagi yang ditolong, tetapi juga bagi diri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa membantu orang lain dapat meningkatkan rasa kebahagiaan, mengurangi stres, dan memberikan kepuasan batin.
- Membangun Hubungan Sosial yang Baik
Ketika kita membantu orang lain, mereka cenderung menghargai kebaikan kita. Hal ini menciptakan hubungan yang saling percaya dan mendukung dalam kehidupan sehari-hari.
- Memperoleh Doa dari Orang yang Ditolong
Doa orang yang tertolong, terutama jika mereka adalah orang-orang yang kesulitan, sangatlah tulus dan bisa menjadi berkah bagi kehidupan kita. Rasulullah SAW bersabda bahwa doa dari orang-orang yang terzalimi atau dalam kesulitan sering kali dikabulkan oleh Allah SWT.
- Melatih Diri untuk Ikhlas
Membantu orang lain adalah cara melatih diri untuk berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan. Sikap ikhlas ini akan mendidik kita menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan tulus dalam setiap tindakan.
- Mengubah Dunia Menjadi Lebih Baik
Setiap kali kita menolong orang lain, kita ikut andil dalam menciptakan dunia yang lebih baik. Satu kebaikan bisa memotivasi orang lain untuk berbuat baik juga, menciptakan rantai kebaikan yang berdampak luas.
- Sebagai Bekal Akhirat
Dalam Islam, membantu sesama adalah salah satu bekal terbaik untuk kehidupan akhirat. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa amal baik kepada sesama manusia akan diperhitungkan di hari akhir kelak.
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Ahmad)
Maka, membantu dan menolong orang lain adalah investasi kebaikan yang tidak hanya memberikan manfaat di dunia, tetapi juga menjadi tabungan pahala untuk akhirat. Dengan niat yang ikhlas dan usaha yang tulus, kita bisa menjadi pribadi yang memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.
"Semoga pengajian kita Jumat pagi ini di Masjid Baitussyfa RSUD Ajibarang membawa keberkahan bagi kita semua, memberikan pencerahan hati, dan memperkuat iman serta semangat dalam melayani sesama di RSUD Ajibarang. Ingatlah, setiap langkah dan usaha yang kita lakukan di tempat ini, jika diniatkan karena Allah, akan menjadi amal ibadah yang dicatat dengan pahala. Mari terus menjaga kebersamaan, keikhlasan, dan semangat saling membantu, sebagaimana Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kesehatan, kekuatan, dan keberkahan dalam setiap langkah kita. Aamiin Ya Rabbal Alamiin."
Disarikan dari pengajian Jumat pagi di Masjid RSUD Ajibarang bersama Ustadz gusmanto, Apt, MBA
By goens’GN”