Apa itu Gagal Jantung Kongestif ?

Apa itu Gagal Jantung Kongestif ?

Oleh dr. Daulika Cantika Faesi & dr. Nani Widorini Sp.PD

Cardiac heart failuire (CHF) atau Gagal jantung atau orang awam biasa menyebut Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Hal ini dikarenakan terjadi kelainan pada otot-otot jantung sehingga jantung tidak bisa bekerja secara normal.

Selama ini, gagal jantung digambarkan sebagai kondisi jantung seseorang yang berhenti bekerja, dalam hal ini adalah berhenti berdetak. Padahal, gagal jantung berarti ketidakmampuan jantung dalam memompa darah atau ketidakmampuan jantung memenuhi kuota darah normal yang dibutuhkan tubuh.

Faktor Risiko CHF antara lain Hipertensi, Dyslipidemia, Obesitas, Merokok, Diabetes Mellitus, Riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan Riwayat infark miokard.

Diagnosis

Di tegakkan berdasarkan kriteria Framingham yaitu minimal 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.

Penatalaksanaan CHF

  1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
  2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis.
  3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik diet dan istirahat.

Terapi Farmakologi

  1. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik): Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal, menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.
  1. Antagonis aldosteron: Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.
  1. Obat inotropik: Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.
  1. Glikosida digitalis: Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan penurunan volume distribusi.
  1. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat): Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan kapasitas vena.
  1. Inhibitor ACE: Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi sekresi aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan tekanan darah yg menyebabkan peningkatan curah jantung.

Terapi non farmakologi

Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur. (Edited: CGE)

Referensi

  1. Bui, L.B., Horwich, T.B & Fonarow, G.C., 2011, Epidemiology and risk profile of heart failure, Nature Reviews Cardiology, vol 8, 30-41
  2. Arroll, B., Doughty, R. & Andersen V., 2010, Investigation and Management of Congestive Heart Failure, BMJ, 341, 190-195
  3. Cole, J.A., Norman, H., Weatherby, L.B. & Walker, A.M., 2006, Drug Copayment and Adherence in Chronic Heart Failure: Effect on Cost and Outcomes, Pharmacotherapy, 26 (8), 1157–1164
  4. Dahlstrom, 2005, Frequent Noncardiac Comorbidities in Patients with Chronic Heart Failure, Europe J, 7, 309-316
  5. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. & Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, Seventh Edition, New york: Appleton and Lange
  6. Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kardiologi; Gagal Jantung, In: Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhan, W.I. & Setyowulan, W., edisi ketiga, Kapita Kedokteran, Yogyakarta
  7. TR, Harrison., et.al. 2005. Harrison`s Principles of Internal Medicine. United States of America: McGraw-Hill.

Related Posts

Komentar