CERITA INDAH PARA PEMELIHARA KEHIDUPAN
Ajibarang,-Sore itu seorang Bapak Tua sedang duduk diserambi rumah, menunggu suara Adzan Maghrib mengumandang sebagai tanda Bulan Keberkahan ini akan berkahir, diapun berdoa dengan diiringi tetasan bulir-bulir air mata di pipinya “Ya Allah yang Agung dan dengan Segala Kuasanya, sore ini waktu menjelang Bulan suci Mu akan berakhir, mungkin aku masih kurang menyambutnya dengan baik, tetapi aku merindukannya untuk kembali bersamanya di tahun yang akan datang, semoga Engkau berikan waktuku untuk bisa bersamnya kembali. Ya Allah (dengan suara tersendat) saat inipun aku rindukan anakku, untuk melihat senyumnya, untuk mendengar ceritanya dan untuk ikut bersama mendoakan mimpinya, kalau dia dalam perjalanan pulang untuk bersilaturakhim dengan yang renta ini, mudahkanlah dan berikanlah keselamatan padanya, kalau dia belum bisa untuk pulang untuk menengok yang rindu ini, jagalah hatinya, jagalah imannya dan aku titipkan rindu ini kepadanya Ya Allah, Engkaulah yang Rakhman dan Rakhim” Inilah sebuah doa bilur rindu dari orang tua kita di saat hari kemenangan.
Memang sudah menjadi ritualitas tahunan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri, masayarakat Muslim bermudik untuk melepas rindu dengan dengan ibu-bapak, sanak sudara dan para tetangga yang telah berbuat baik kepada kita. Sepanjang malam sampai pagi terdengar gema suara takbir “Allahu Akbar.. 3x, Laa Ilaha Illallohu Allohu Akbar.., Allahu Akbar Walillahilhamd.., Allahu Akbar Kabiro, Walhamdulillahi Katsiro..Wasubhanallohi Bukrotaw Wa'ashila...Laa ilaha Illallohu Wala Na'budu Illa Iyyahu ..,Muhlishina Lahuddin, Walaw Karihal Kafirun..Laa ilahaillahu Wahdah, Shodaqo Wa'dah..Wanashoro 'abdah, Wa'a'aza Jundahu Wahazamal Ahzaba Wahdah..Laa ilaha Illallohu Wallohu Akbar..Allohu Akbar Walillahilhamd...,” mengiringi langkah-langkah kita, langkah hilir mudik dari satu pasien menuju pasien yang lain, walau perih dengan rindu ini tetapi engkau tetap tersenyum. Masih terngiang dalam ingatan rasanya opor ayam yang tersaji oleh emak, masih teringat saat duduk bersama dengan emak disamping tungku masakan kita, masih terbayang dengan jelas, saat duduk di teras bersama Bapak, menceritakan kehebatan emak dalam mengasuhku dan mendampingi Bapakku, masih teringat dengan jelas kakak-kakakku yang dengan sayang menemaniku, dan masih teringat dengan jelas si Udin sahabat karib teman bermain di pinggir sawah dan menangkap ikan di sungai masih masih jernih mengalir. Mungkin lebaran ini akan terlewatkan, tetapi hatiku masih tetap ada untuk kalian.
Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 32 :
..... وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ …….
….. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. …… (QS. Al Maidah : 32)
Untuk kawanku para pejuang pemelihara kehidupan, jangan bersedih jagalah keimanan kita dan marilah untuk tetap bersyukur kepada Allah SWT, karena janji didalam Al Qur’an surat Al MAidah ayat 32 sangatlah jelas sebagai obat pelipur lara untuk kita. Semoga kita sebagai dokter, perawat dan para penjaga pasien dikategorikan oleh Allah SWT seperti yang termaktub dalam QS. Al Maidah ayat 32, Aamiin.
Walaupun disaat orang berlalu lalang, untuk bersungkem memohon maaf kepada Ibu Bapak, sanak keluarga dan tetangga, serta menikmati baju baju baru dan berbagai hidangan lebaran yang menggoda diet kita, marilah tetap kita sambut para pasien kita, keluarga pasien dan para pengunjung dengan niat membantu dan menolong dengan tebaran senyum keikhlasan, semoga Allah SWT akan melimpahkan pahala yang berlipat-lipat untuk kita untuk memperberat timbangan kebaikan dihari akhir dan di akhir bulan Ramadhan ini kita benar-benar mendapatkan target kita yaitu seperti dalam perintah QS. Al Baqoroh : 183 “….la’allakum tattaquun.” Yaitu manusia yang bertakwa. (goens”GN)