Aplikasi Perawatan Luka dengan Metode “TIME MANAGEMENT”
Artikel bersumber dari buku konsep dan pengalaman klinis WOUND CARE edisi pertama karya Ikram Bauk, WOC (ET) N tahun 2017.
TISSUE MANAGEMENT |
INFLAMATION CONTROL |
MOISTURE BALANCE |
EPITELIAL EDGE |
T : TISSUE MANAGEMENT
Tissue manajement merupakan manajemen membuang jaringan mati, sebagai kerangka pertama dalam mempersiapkan dasar luka. Dasar luka yang dimaksud adalah menciptakan kondisi luka yang berwarna hitam maupun kuning (necrotic/sloug) menjadi dasar luka yang berwarna merah. Kondisi luka yang berwarna merah menggambarkan bahwa luka memiliki vaskularisasi yang sehat yang akan mempercepat proses proliferasi jaringan dan pembentukan epitel.
Ada beberapa metode persiapan dasar luka yaitu:
- Autolisis debridement: merupakan proses alami untuk melepaskan jaringan mati dengan cara tubuh akan melepaskan enzim proteolitik dan akan melunakan jaringan yang nekrosis sehingga memudahkan pada saat pembersihan jaringan menggunakan kassa ataupun pinset. Proses autolisis membutuhkan lingkungan yang lembab sehingga memaksimalkan kerja enzim pada jaringan yang nekrosis.
- CSWD (Conservative Sharp Wound Debridement): yaitu tindakan membuang jaringan mati dengan menggunakan gunting, bisturi atau benda tajam lainnya yang direkomendasi. Tindakan ini dilakukan dengan hati-hati karena menimbulkan nyeri dan perdarahan.
- Enzimatic debridement: penggunaan bahan enzim baik dari bahan kimia maupun alami yang sifatnya dapat melisiskan jaringan nekrotik. Saat ini cukup banyak riset dari tanaman yang efektif untuk melisiskan jaringan mati seperti buah papaya, lidah buaya, nanas, serta penggunaan madu.
- Mechanical debridement: yaitu pengangkatan jaringan mati dengan kassa kering + pinset, dan irigasi dengan tekanan air (hidropressure).
- Biological Debridement/larva therapy: yaitu penggunaan maggot atau belatung yang steril pada luka yang mengalami nekrotik (slough), penggunaan maggot pada luka biasanya membutuhkan waktu 3 hari kemudian dilakukan penggantian balutan.
- Surgical wound debridement (Debridement bedah): tindakan yang membutuhkan kondisi dan lingkungan steril, dikerjakan dikamar operasi oleh dokter spesialis bedah.
I : INFECTION/ INFLAMATION CONTROL (Kontrol inflamasi dan infeksi)
Infeksi pada luka menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan, kegagalan dalam proses penyembuhan luka serta ancaman terhadap amputasi dan kematian. Masalah infeksi juga menjadi masalah serius karena dapat menambah biaya perawatan di pelayanan kesehatan. Tanda klasik terjadinya infeksi yang harus dikenali oleh para klinisi adalah (1) luka akut (nyeri, edema, exudate purulent, peningkatan area inflamasi), (2) luka kronik (perubahan warna dasar luka, pertambahan area jaringan nekrotik/sloug, jaringan sangat mudah berdarah, adanya goa/undermining, kondisi luka bau, dan kerusakan jaringan yang semakin meluas)
Manajemen infeksi diantaranya:
- Pencucian yang adekuat, penggunaan sabun ringan (mild soap, sabun bayi), juga penggunaan antiseptik yang sifatnya tidak toksik untuk melepaskan biofilm pada permukaan luka.
- Penggunaan topical/ balutan antimikrobial yang tepat
- Sistem antibiotik diberikan jika disertai sistemik infeksi seperti demam, mual dan muntah serta nyeri yang meningkat. Penggunaan antibiotik disesuaikan dengan standar kebijakan pelayanan atau sesuai hasil kultur.
-
Obat antiinflamasi jika inflamasi tidak terkontrol
- Adjunctive therapy (terapi tambahan) seperti penggunaan terapi ozone.
M : MOISTURE BALANCE (Kelembaban yang seimbang)
Adalah menciptakan suasana lembab pada permukaan luka dengan pemilihan balutan yang tepat berdasarkan kondisi luka (warna luka dan karakteristik luka).
Manajemen moisture balance:
- Pengkajian cairan eksudat sangat penting terutama karakteristik/tipe eksudat, jumlah dan viskositas ataupun bau.
- Pemilihan balutan yang tepat berdasarkan hasil pengkajian seperti :
- Pada kondisi luka yang mengalami nekrotik (kering menggambarkan kondisi luka mengalami iskemia biasanya berwarna hitam, hitam kecoklatan) maka sifat balutan yang digunakan harus bisa merehidrasi permukaan luka atau menciptakan kelembapan pada permukaan luka sehingga proses autolisis bisa berjalan baik. Seperti penggunaan hydrogel plus transparent film.
- Jika kondisi luka dengan eksudat kategori sedang sampai banyak (warna kuning, kuning kehijauan, kuning pucat) maka pemilihan balutan harus mampu menyerap eksudat namun tetap mampu menciptakan suasana lembab pada permukaan luka seperti foam, alginate, hydrocoloid.
E : EPITELIAL EDGE (Tepi luka)
Adalah tindakan untuk mempercepat proses pembentukan epitel dari tepi luka.
Faktor yang harus diperhatikan untuk terjadinya proses epitelisasi adalah:
- Proliferasi harus baik dengan dasar luka harus sejajar dengan tepi luka
- Adekuat oksigen dan nutrisi
- Bebas dari infeksi
- Hindari dressing yang merekat kuat karena bisa menimbulkan trauma/robekan epitel saat mengganti balutan.
Manajemen epitel diantaranya :
- Debridemen
- Skin graft
- Biological Agent
- Adjunctive therapies : infra red
Pada kondisi tertentu epitel mengalami kegagalan dalam proses penutupan luka meskipun proses proliferasi sudah sempurna, bahkan berdasarkan pengalaman bisa sampai berbulan- bulan untuk mencapai penutupan luka. Beberapa penyebab adalah terjadinya callus/ penebalan pada tepi luka, serta kelainan metabolisme protein.
Demikian pengenalan konsep perawatan luka dengan metode TIME MANAGEMENT, semoga bermanfaat bagi kita semua para pejuang luka.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Dani Esti Novia selaku direktur RSUD Ajibarang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengembangkan ilmu perawatan luka terbaru dengan mengikuti pelatihan CWCCA di Jogjakarta. Terimakasih penulis sampaikan kepada dr Igun Winarno, SpAn selaku Kepala Diklat RSUD Ajibarang, serta berbagai pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Mohon maaf atas segala kekurangan.
Ditulis oleh: Dwie Andrie Setyawan, S.Kep, Ns.